Matakuliah:ulumul qur'an. Jurusan:siyasah II B. - tafsir adalah usaha yang bertujuan menjelaskan al-qur'an atau ayat-ayatnya, atau lafazh-lafazhnya, agar yang tidak jelas menjadi jelas, yang samar-samar menjadi terang, yang sulit di pahami menjadi mudah di pahami, sehingga al-qur'an sebagai pedoman hidup manusia benar-benar dapat di pahami, di
Jelaskanpesan-pesan yang terdapat pada ayat dan hadis yang kamu temukan itu! 3. Hubungkan pesan-pesan ayat dan hadis tersebut dengan kondisi objekif di lapangan yang kamu temui! Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 6.11 Kiri: Orang bekerja sendiri. Kanan: Berkolaborasi dalam bekerja Untuk berkompetisi
Jikabelum, simaklah ulasan ringkas mengenai pengertian aqidah dan tauhid berikut ini. Aqidah ( اَلْعَقِيْدَةُ ) merupakan keyakinan yang kuat terhadap sesuatu tanpa terselip keraguan sedikitpun (
BacaanSurah An Nazi’at Ayat 1-46 Arab, Latin, dan Artinya. Ini adalah surah yang ke-79, terdiri dari 46 ayat, terdapat pada juz ke-30 atau Juz ‘Amma dan termasuk kedalam golongan surah Makkiyyah karena turun di kota Mekah. Nama lain dari surah An Nazi’at ini adalah As Sahirah (diambil dari ayat 14), dan Ath Thammah ( (diambil dari ayat 34).
Objekkajian utamanya adalah pemahaman makna pesan yang terkandung dalam teks dengan variebelnya. Dengan demikian, pendekatan ini bertugas mencari dinamika internal yang mengatur struktur kerja suatu teks untuk memproyeksikan diri ke luar dan memungkinkan makna itu muncul. Banyak ayat Al-qur’an dan hadits yang menjelaskan, menganjurkan
Vay Nhanh Fast Money. Al-Quran merupakan sebuah kitab penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Al-Quran sendiri tidak hanya berfungsi sebagai pedoman hidup orang islam, melainkan juga sebagai pedoman seluruh umat manusia agar selamat dalam menjalankan kehidupan di dunia dan akhirat. Berikut akan kakak ulas pertanyaan yang adik ajukan beserta pertanyaan terkait dan Jelaskan beberapa isi pokok Al-Quran! Isi pokok dalam Al-Quran terdapat 5, diantaranya 1. Aqidah, merupakan pokok yang berisi ketauhidan bahwa Allah SWT itu Ibadah, merupakan pokok yang berisi pengajaran akan amalan-amalan pokok dalam kehidupan Akhlak, merupakan pokok yang berisi pengajaran maupun larangan baik tentang akhlakul karimah maupun akhlakul Muamalah, merupakan pokok pengajaran hubungan manusia dalam interaksi sosial sesui Tarikh/Qissah, merupakan pokok yang berisi sejarah maupun peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lalu sebagai pembelajaran di masa yang akan daatang. Carilah ayat-ayat Al-Quran yang terkait dengan 5 Hal pokok, yaitu Aqidah, Akhlak, Ibadah, Muamalah, Tarikh/Qissah. Masing-masing satu ayat, kemudian jelaskan pesan yang terkandung pada ayat tersebut!1. AqidahQs. Al-Baqarah 8 “Di antara manusia ada yang mengatakan "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.”Pesan Moral = Hendaknya kita harus menghindari sifat munafik agar selamat di dunia terutama akhirat. Apabila kita diberi amanat tidak khianat, bila berbicara tidak berdusta, bila berjanji ditepati, serta tidak curang apabila bersiteru, maka kita aman dari IbadahQs. Al-Baqarah 3 “yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”Pesan Moral = Jadikan Shalat sebagai tiang agama kita, sebagai pondasi dasar kita, serta jihad sebagai Akhlak Qs. Al-Maidah 8 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”Pesan Moral = Hendaknya dalam menjalankan kehidupan di dunia dapat bersikap amar ma’ruf nahi MuamalahQs. Al-Baqarah 84 “Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu yaitu kamu tidak akan menumpahkan darahmu membunuh orang, dan kamu tidak akan mengusir dirimu saudaramu sebangsa dari kampung halamanmu, kemudian kamu berikrar akan memenuhinya sedang kamu mempersaksikannya.”Pesan Moral = Hendaknya kita senantiasa menjaga keamanan dan ketentraman dalam menjalani kehidupan di dunia dengan berbagai Tarikh/Qissah Qs. Al-Baqarah 54 “Dan ingatlah, ketika Musa berkata kepada kaumnya "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu sembahanmu, maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".Pesan Moral = Hendaknya kita senantiasa mengesakan Allah SWT, sebab menduakan Allah / berlaku syirik merupakan salah satu dosa besar. Semoga jawaban kakak dapat membantu, apabila masih terdapat pertanyaan yang lain, jangan ragu ajukan pertanyaanmu di Brainly TambahanKelas XIPelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi PekertiKategori Bab 11 - Al-Qur’ᾱn sebagai Pedoman HidupKata Kunci 5 Pokok Isi Al-Quran, Ayat terkait, DalilKode - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an adalah kalamullah yang sangat bermanfaat dan penting bahkan menjadi pedoman kehidupan agar selamat dunia dan akhirat yang telah Allah sediakan bagi umat manusia, namun masih banyak diantara manusia yang kurang mengerti akan pentingnya Al-Qur’an dalam aspek kehidupan, bahkan melupakan bahwa Al-Qur’an itu sebagai pedoman bagi kehidupan manusi yang banyak di dalamnya mengandung berbagai aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang beranggapan bahwa Al-Qur’an itu hanya sekedar bacaan dan tidak mengerti apa keuntungan dari mempelajarinya. Padahal apabila orang tersebut tahu betapa pentingnya mempelajari kandungan Al-Qur;an pasti mereka akan merasa rugi dan menyesal, karna banyak kandungan Al-Qur’an itu memberikan manfaat dan kebaikan bagi manusia. Salah satunya adalah kandungan Al-Qur’an tentang Akidah dan Ibadah yang akan di bahas dalam makalah ini. Maka dari itu penulis tertarik dan merasa terpanggil untuk membahas secara singkat, jelas, dan padat mengenai kandungan Al-Qur’an ini. Karena ini sebagai salah satu kewajiban bagi umat Islam untuk mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Akidah dan Ibadah? 2. Apa saja ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Akidah dan Ibadah? C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui pengertian Akidah dan Ibadah 2. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an yang membahas Akidah dan Ibadah Tujuan Khusus 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Al-Qur’an pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun 2016 BAB II PEMBAHASAN Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam untuk seluruh umat muslim diseluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan manusia didunia. Didalam surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an terdapat kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa pengertian dari akidah dan ibadah yang masing-masing memiliki kandungan didalam Al-Quran. A. Kandungan Al-Qur’an Tentang Akidah 1. Pengertian Akidah Akidah adalah masalah yang sangat prinsipil dalam agama Islam, begitu juga dalam agama-agama lain. Aqidah Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah swt. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid. Secara etimologi kata akidah diambil dari kata dasar العـقـد yang berarti ikatan. Maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan atau keimanan seperti yakin adanya Allah SWT, diutusnya para Rosul, Malaikat, dan akan datangnya hari akhir. Bukan hanya meyakini adanya zat, bahkan meyakini akan sifat-sifat-Nya. Sedangkan secara terminologi akidah yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa yang menjadi suatu kenyataan teguh dan kokoh. Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung didalamnya suatu keraguan apapun pada orang yang meyakini. Akidah juga sebagai dasar atau pondasi manusia dalam menjalani kehidupan. Karena tanpa adanya akidah manusia akan tersesat. Akidah juga adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Al-Qur’an mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah swt. Yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah swt. Adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir. Itulah salah satu kandungan Al-Qur’an tentang akidah. 2. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Akidah Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Akidah Seperti firman Allah swt. Dalam Al-Qur’an sebagai berikut. 1. Surah Al-Baqarah 163 وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ “Dan Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Tidak ada Tuhan Selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” QS. Al-Baqarah 163. 2. Surah Al-Ikhlas 1-4 قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ “Katakanlah Muhammad, Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia’.” QS. Al-Ikhlas 1-4. 3. Surah An-Nisa 36 وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu apa pun.” QS. An-Nisa 36. Dari ayat di atas, jelas bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah itu Esa, Tunggal, tidak ada padanannya, karena Allah itu pencipta, maka mustahil/tidak masuk akal bahwa yang mencipta sama dengan yang diciptakan. M. Quraish shihab menjelaskan dalam bukunya tujuan diturunkanya al-Quran berbeda dengan kitab-kitab ilmiyah. Karenanya dibutuhkan penyelidikan dan penelitian tentang priode diturunkanya wahyu Allah tersebut. Secara garis besar salah satu tujuan diturunkanya al-Qur’an menurut beliau adalah “petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan”. Dari keterangan Quraish shihab diatas, dapat disimpulkan bahwa memang benar inti Al-Qur’an merupakan akidah islamiyyah yang harus diikuti oleh umat manusia. Dengan kata lain bahwa Al-Qur’an tersebut diturunkan oleh Allah ditengah-tengah umat yang memiliki keyakinan sangat bertentangan dengan yang disampaikan oleh Al-Qur’an. Namun, dengan adanya ajakan, kabar gembira, ancaman dan juga kebagusan akhlak Rasulullah menjadikan keyakinan yang bertentangan itu dapat berubah secara berangsur-angsur. Perlu diketahui bersama meskipun inti Al-Qur’an mengenai akidah tetapi Al-Qur’an juga meliputi hal-hal lainya seperti akhlak, hukum syariat dan yang lainnya. Ajaran tentang Akidah ini disebut juga dengan keimanan, seperti kita ketahui bahwa rukun iman itu ada enam. B. Kandungan Al-Qur’an Tentang Ibadah 1. Pengertian Ibadah Isi pokok Al-Qur’an yang kedua adalah masalah Ibadah. Ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta Al-Khaliq, Allah Swt. Sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimannya. Oleh karena itu Ibadah juga diartikan sebagai ketaatan, tunduk, dan ikut. Sedangkan pengertian ibadah menurut Fuqaha adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama Islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir Rukun Islam, yaitu mengucap dua kalimat syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa dibulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya. 2. Ayat-ayat Al-Qur’an Tentang Ibadah Di antara ayat-ayat yang menyuruh manusia beribadah atau menyembah Allah adalah. 1. Surah Al-Baqarah 21 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” QS. Al-Baqarah 21. 2. Surah Az-zariyat 56 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” QS. Az-Zariyat 56. 3. Surah Ali Imran 51 إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ “Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” QS. Ali Imran 53. 4. Surah Al-Bayyinah 5 وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah, dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena menjalankan agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus benar.” QS. Al-Bayyinah 5. Dari ayat di atas, jelas bahwa Al-Qur’an mengajarkan bahwa Ibadah adalah realisasi dari keimanan. Seseorang yang mengakui adanya Allah, adanya malaikat, diutusnya Nabi Muhammad dan sebagainya, tetapi tidak melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah melalui Rasulnya, sama dengan bohong, atau dalam agama disebut orang Fasiq. Ibadah ada yang berbentuk ucapan, perbuatan atau niatan dalam hati. Dalam surah An-Nisa ayat 103, Allah memerintahkan untuk beribadah sholat. Namun di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci bagaimana kita harus sholat. Namun keteranga-keterangan tentang sholat dapat kita temukan pada hadits-hadits Rasulullah saw. Al-qur’an yang berisi tentang Sholat terdapat pada surah An-Nisa ayat 103 إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَّوْقُوْتًا “Sungguh sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” QS. An-Nisa 103. Menafsirkan ayat di atas, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di berkata, “sholat itu merupakan kewajiban yang telah ditentukan waktunya. Selain menekankan wajibnya sholat, ayat ini juga menunjukkan bahwa sholat itu memiliki waktu tertentu yang harus dipenuhi. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara etimologi kata akidah diambil dari kata dasar العـقـد yang berarti ikatan. Maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan atau keimanan seperti yakin adanya Allah SWT, diutusnya para Rosul, Malaikat, dan akan datangnya hari Islam adalah tauhid, artinya kepercayaan terhadap keesaan Allah swt. Oleh karena itu, Islam disebut juga agama tauhid. Sedangkan Ibadah adalah bentuk pengabdian seorang hamba kepada sang pencipta Al-Khaliq, Allah Swt. Sebagai rasa terima kasih atas segala nikmat yang telah diterimannya. Oleh karena itu Ibadah juga diartikan sebagai ketaatan, tunduk, dan ikut. Sedangkan pengertian ibadah menurut Fuqaha adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dikerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Akidah 1. Surah Al-Baqarah 163 2. Surah Al-Ikhlas 1-4 3. Surah An-Nisa 36 Ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi tentang Ibadah 1. Surah Al-Baqarah 21 2. Surah Az-zariyat 56 3. Surah Ali Imran 51 4. Surah Al-Bayyinah 5 B. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki, untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon. 2012. Ulumul Qur’an. Bandung CV. Pustaka Setia. Departemen Agama RI. 1972. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta Penerbit Syamil Qur’an. Matsna, Mohammad. 2008. Al-Qur’an hadis, Semarang Toha Putra. Pengawarang, mochtar jaim. 2001. Kompedium ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum. Padang CV. Hasanah. Page 2
Surah Al-'Alaq Segumpal Darah adalah surah ke- dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bertafakur di gua Hira. Surah ini dinamai Al 'Alaq segumpal darah, diambil dari perkataan 'Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra' atau Al Qalam. Bacaan Surat Al-Alaq ayat بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ 1. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan,خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ 4. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam,عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. b. Asbabun Nuzul. Pada awal kerasulan Muhammad , beliau berkhalwat meningalkan keramaian di Goa Hira. Setelah beberapa hari beliau menerima wahyu yang pertama Surat Al Alaq 1-5. Dalam keadaan kedingingan, beliau menemui Khadijah dan menceritakan yang telah terjadi. Waraqah bin Naufal adalah pendeta yang menjelaskan bahwa itu adalah peristiwa kenabian, sebagaimana terjadi pada nabi-nabi sebelumnya. c. Kandungan Surat Al-Alaq ayat 1-5. Surat Al-Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, yang dalam kajian Ibnu Katsir dikatakan sebagai rahmat dan nikmat pertama yang dianugerahkan Allah Swt kepada para hamba-Nya Lihat Tafsir Ibnu Katsir V/236. Dan inilah pula yang menandai penobatan beliau sebagai Rasulullah, utusan Allah Swt , kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat tersebut maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan jahiliyah nan gelap dalam semua aspek, termasuk di dalamnya kegelapan ilmu pengetahuian, menjadi terang benderang. Sejak saat itu, penduduk bumi hidup dalam keharibaan dan pemeliharaan Allah Swt secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau ajaran Allah Swt yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-perubahan itu ternyata diawali dengan "Iqra" bacalah. Perintah membaca di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca buku’ dunia. Seperti membaca tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk belajar dari mencari ilmu pengetahuan serta menjauhkan diri kita dari kebodohan. Namun membaca yang mampu membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan manusia bukanlah sembarang membaca, melainkan membaca dengan menyebut nama Allah Yang Menciptakan’ اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ Dalam kajian Sayyid Quthb rahimahullah, bahwa surat ini adalah surat pertama dari Al Qur’an, maka ia dimulai dengan Bismillah, dengan nama Allah. Dan Rasulullah Saw pertama kali melangkah dalam berhubungan dengan Allah dan pertama kali menapaki jalan da’wah dengan Bismillah "Iqra’ bismi rabbik". Tafsir Fi Zhilal Al Qur’an Dengan demikian dalam makna yang lebih luas, ayat pertama merupakan perintah untuk mencari ilmu, ilmu yang bersifat umum baik ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah ayat Al Qur’an dan ayat-ayat kauniyah yang terjadi di alam. Ayat qauliyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang berupa firmanNya, yaitu Al-Quran. Dan ayat-ayat kauniyah ialah tanda-tanda kebesaran Allah Swt yang berupa keadaan alam semesta. Dan di bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang yakin dan jugapada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? QS. Az-Zariyat 20-21 Ayat kedua, Allah Swt menyatakan bahwa manusia dicipta dari segumpal darah. Allah Swt sendiri juga telah menegaskan bahwa manusia dicipta sebagai sebaik-baik ciptaan dan tidak ada makhluk yang dianugerahi wujud dan fasilitas hidup yang menyamai manusia. Allah Swt menganugerahi manusia berupa akal pikiran, perasaan, dan petunjuk agama. Semua itu menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling mulia. Yang demikian itu, diharapkan manusia bersyukur kepada Allah Swt dengan menaati semua perintah dan menjauhi semua laranganNya. Dalam kaitannya dengan kewajiban menuntut ilmu, ayat kedua juga memberi petunjuk kepada manusia untuk mengenal dirinya secara jelas, yaitu mengetahui asal kejadiannya. Hal tersebut terungkap dalam QS. Al-Mukminun 12-14. وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ. ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim.Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." QS. Al-Mukminun 12-14 Ayat keempat, Allah Swt mengajar manusia dengan pena. Maksudnya dengan pena manusia dapat mencatat berbagai cabang ilmu pengetahuan, dengan pena manusia dapat menyatakan ide, pendapat dan keinginan hatinya dan dari pena manusia juga mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan baru. Pada ayat kelima, Allah Swt mengajar manusia apa yang tidak/belum diketahuinya. Manusia lahir ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Secara perlahan, Allah Swt memberikan manusia kemampuan melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya, sehingga dengan kemampuannya itu manusia mampu mencapai cabang ilmu baik ilmu agama maupun ilmu yang lain bahkan ilmu yang mungkin langsung diberikan oleh Allah Swt kepada beberapa orang yang dikehendaki tanpa melalui belajar ilmu laduni. Demikian, Allah Swt telah menerangkan bahwa manusia manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis, dan memberinya pengetahuan. Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kandungan ayat Al Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5 Tentang Pentingnya Ilmu. Kunjungilah selalu semoga bermanfaat. Aamiin.
Beberapa dalil tentang aqidah. Diantaranya adalah firman Allah مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ “barangsiapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia telah taat kepada Allah.” Dan firman-Nya وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ “Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.” Dan firman-Nya Jalla wa’alaa قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ “Katakanlah “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan amanat Allah dengan terang”. Dan Allah Azza wajalla berfirman قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ “Katakanlah “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. Imran32 Dan ayat-ayat yang masih banyak lagi dari kitabullah Azza wajalla. Dan telah datang pula perintah dari Allah Azza wajalla untuk mengikuti RAsul-Nya Shallallahu alaihi wasallam berupa perintah untuk menjadikannya sebagai suri tauladan dalam banyak tempat dalam al-qur’an. Allah Azza wajalla berfirman قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Imran31 Dan Allah Azza wajalla juga berfirman فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. Maka kebaikan itu –wahai para pembaca yang kami cintai- setiap kebaikan adalah dengan mengikutinya, dan berhukum dengan syari’at dan sunnahnya, dan kejahatan setiap kejahatan adalah menyelisihi petunjuknya,dan berpaling dari sunnahnya Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam. haqqun nabi, Syaikh Abdullah Al-Bukhari Alih bahasa Abu Karimah Askari bin Jamal Dalil ayat Al qur'an tentang aqidah,ibadah,akhlak,muamalah dan qissah dapat di lihat pada pembahasan Pemabahasan Dalil al qur'an yang mengandung penjelasan tentang aqidah adalah surah an nisa ayat 136يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا Terjemah ayat Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad dan kepada Kitab Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat tentang aqidah adalah Kewajiban untuk beriman kepada Allah Kewajiban beriman kepada Al qur'an Kewaiban beriman kepada kitab sebelum Al qur'an kewajiban beriman kepada malaikat AllahKewajiban beriman kepada hari kiamatDalil al qur'an yang mengandung penjelasan tentang ibadah adalah surah al baqarah ayat 183يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ Terjemah ayat Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,Penjelasan tentang ibdah adalah Ayat ini dalil kewajiban untuk melakukan ibadah puasaDalil al qur'an yang mengandung penjelasan tentang akhlak adalah surah al ahzab ayat 21 لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا Terjemahan ayat“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang tentang akhlak Ayat ini menjelaska bahwa nabi muhammad memiliki akhlak yang sangat baik dan merupakan contoh kita dalam berakhlak Dalil al qur'an yang mengandung penjelasan tentang muammalah adalah potongan ayat 275 surah al baqarahوَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ Terjemah ayatDan Allah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan ribaPenjelasan tentang muammalah adalah Allah menghalakan jual beli. Akan tetapi Allah mengharamkan jual beli yang mengandung unsur al qur'an yang mengandung penjelasan tentang qissah adalah surah ash shafat ayat 102 فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ Terjemahan ayat Maka ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya, ka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia Ismail menjawab, “Wahai aIbrahim berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Mayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”Penjelasan tentang qisah Ayat ini menceritakan tentang qisah nabi ibrahim dan nabi ismailPelajari lebih lanjut===============================Detail jawaban Kelas XMata pelajaran Agama IslamBab Al-Qur'an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku Kode soal kunci Dalil tentang aqidah, dalil auyat tentang ibadah, dalil ayat tentang akhlak, dalil ayat tentang muammalah, dalil ayat tentang qissah buatlah rumusan tentang nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi Islam di daerahmu masing-masing HukumTajwid innahu darilapad innahu Sebutkan apa saja sifat-sifat rasul yang sama dengan sifat-sifat manusia biasa tersebut! minimal 4 apa arti nama² bulan kelender islam hijriyahJAWABYA DENGAN BENERNO COPAS! bilkurotin artinya tolong jawab teman2 Sifat-sifat manusia biasa bagi para rasul disebut sifat.... Kuis Tante dina memiliki kebun sawit yang disiram dan diairi dengan biaya,jika hasil panen ada kg ,maka tentukan besar, zakat Tante dina nama² bulan dalam kelender islam hijriyahJAWAB DENGAN BENERNO COPAS! baju kyai kondil disimpan diJANGAN ASAL ASALAN NATI DI REPORTBENAR KU JADIKAN JAWABAN TERBAIK DAN KU FOLLOW apa arti Takallam billugoh jami'an Loading PreviewSorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
ayat alquran yang menjelaskan tentang aqidah – Aqidah adalah sebuah keyakinan yang menjadi dasar dalam beragama. Banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah ini, mulai dari bagaimana Allah menciptakan manusia, bagaimana hamba-Nya harus beribadah, hingga cara melaksanakan aqidah dengan benar. Ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dimulai dengan ayat-ayat yang membahas tentang keimanan. Di dalam Alquran, Allah menyampaikan bahwa seorang yang beriman akan mendapatkan pahala dari-Nya. Allah berfirman, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ia mendapat pahala yang besar.” QS. Al Baqarah 62. Ayat Alquran juga menegaskan bahwa seorang muslim harus beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang wajib disembah. Allah berfirman, “Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.” QS. An Nisa 36. Selain itu, ayat Alquran juga mengajarkan cara melaksanakan aqidah dengan benar. Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menyembah selain Allah, sebab sesungguhnya menyembah selain Allah adalah suatu kezaliman yang besar.” QS. Al Isra 23. Ayat Alquran juga mengingatkan kita mengenai sifat taqwa. Di dalam Alquran, Allah berfirman, “Dan bertakwalah kepada Allah, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu beruntung.” QS. Al Baqarah 197. Ayat Alquran juga menegaskan bahwa setiap orang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. Allah berfirman, “Barangsiapa yang beriman dan berbuat kebajikan, maka sesungguhnya baginya pahala yang baik dan kami akan memberikan kepadanya pahala yang lebih baik dari apa yang telah diperbuatnya.” QS. Al Anfal 30. Semua ayat Alquran ini mengingatkan kita mengenai pentingnya aqidah. Kita diharapkan untuk menghayati dan mengamalkan aqidah dengan benar agar kita bisa mencapai ridho Allah. Dengan memahami aqidah, kita dapat menjadi umat Islam yang lebih baik dan berjaya di dunia dan akhirat. Rangkuman 1Penjelasan Lengkap ayat alquran yang menjelaskan tentang aqidah– Ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dimulai dengan ayat-ayat yang membahas tentang keimanan.– Allah berfirman bahwa seorang yang beriman akan mendapatkan pahala dari-Nya. – Allah juga menegaskan bahwa seorang muslim harus beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang wajib disembah. – Ayat Alquran juga mengajarkan cara melaksanakan aqidah dengan benar. – Ayat Alquran juga mengingatkan kita mengenai sifat taqwa. – Allah juga berfirman bahwa setiap orang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. – Ayat Alquran mengingatkan kita mengenai pentingnya aqidah dan mengamalkan aqidah dengan benar. Penjelasan Lengkap ayat alquran yang menjelaskan tentang aqidah – Ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dimulai dengan ayat-ayat yang membahas tentang keimanan. Ayat Alquran merupakan sumber ajaran agama Islam yang paling utama. Dalam Alquran, Allah SWT menyampaikan ajaran-ajaran moral, etika, hukum dan kepercayaan yang berkaitan dengan aqidah. Ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dimulai dengan ayat-ayat yang membahas tentang keimanan. Ayat pertama yang menjelaskan tentang keimanan adalah surah Al-Baqarah ayat 2. Ayat ini berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ayat ini menegaskan bahwa setiap orang harus beriman kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan harus meninggal dalam keadaan beragama Islam. Ayat berikutnya yang menjelaskan tentang keimanan adalah surah Al-Imran ayat 18. Ayat ini berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang jujur dan orang-orang yang bertakwa akan beroleh rahmat Allah.” Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman, jujur dan bertakwa akan mendapatkan rahmat Allah. Ayat berikutnya yang menjelaskan tentang keimanan adalah surah Al-Maidah ayat 73. Ayat ini berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal soleh pasti akan masuk surga.” Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal soleh akan masuk surga. Ayat berikutnya yang menjelaskan tentang keimanan adalah surah Al-Waqiah ayat 56. Ayat ini berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan masuk surga yang penuh berkat.” Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal saleh akan masuk surga yang penuh berkat. Ayat terakhir yang menjelaskan tentang keimanan adalah surah Al-Baqarah ayat 285. Ayat ini berbunyi “Allah tidak menetapkan suatu pun bagi seseorang melainkan sesuai dengan takdirnya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan kepadanya petunjuk untuk mencapai kebahagiaan.” Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan memberikan suatu pun kepada seseorang selain yang telah ditetapkan oleh-Nya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepadanya untuk mencapai kebahagiaan. Kesimpulannya, ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dimulai dengan ayat-ayat yang membahas tentang keimanan. Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa Allah tidak memberikan suatu pun kepada seseorang selain yang telah ditetapkan oleh-Nya, orang yang beriman dan beramal saleh akan masuk surga, dan orang yang beriman, jujur dan bertakwa akan mendapatkan rahmat Allah. – Allah berfirman bahwa seorang yang beriman akan mendapatkan pahala dari-Nya. Aqidah adalah landasan keyakinan yang kuat yang dianut oleh umat Islam. Ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah adalah ayat yang mengajarkan bahwa seorang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. Ayat ini dapat ditemukan dalam Alquran Surah AlMaidah ayat 9. Ayat ini berbunyi, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah, Dia akan memberikan jalan keluar kepadanya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menjanjikan jalan keluar dan rezeki yang tidak terduga kepada orang yang beriman kepada-Nya. Ayat ini menekankan pentingnya menyembah Allah dengan cara yang benar dan berfokus pada akhirat. Dengan melakukan ini, seseorang akan mendapatkan pahala dari Allah. Pahala ini dapat berupa kesuksesan di dunia atau di akhirat. Allah juga menjanjikan bahwa Dia akan mencukupi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Ini berarti bahwa orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah akan mendapatkan apa yang dia butuhkan baik di dunia maupun di akhirat. Ayat ini juga menekankan pentingnya beriman kepada Allah. Orang yang beriman akan mengikuti kebenaran, yaitu dengan menyembah Allah dan mematuhi perintah-Nya. Dengan berbuat demikian, orang tersebut akan mendapatkan pahala dari Allah. Akhirnya, orang tersebut akan mencapai kesuksesan di dunia dan di akhirat. Ayat Alquran ini mengajarkan bahwa seorang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. Ayat ini menekankan pentingnya beriman dan bertawakal kepada Allah. Dengan melakukan ini, orang tersebut akan mendapatkan pahala yang akan mengantarkannya ke kesuksesan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, seorang yang beriman harus selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. – Allah juga menegaskan bahwa seorang muslim harus beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan yang wajib disembah. Aqidah adalah fondasi pokok dari agama Islam. Ini merupakan suatu keyakinan yang dianut oleh para Muslim yang membedakan mereka dengan orang lain. Aqidah mengandung pemahaman dan keyakinan tentang Tuhan, Nabi, Kitab Suci, dan hari akhir. Dalam Al-Quran, Allah juga menegaskan bahwa seorang muslim harus beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang aqidah adalah QS. Al-Ikhlas 1121-4. Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah yang benar-benar berhak untuk disembah dan diibadahi. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada sekutu baginya. Ini menegaskan bahwa seorang muslim seharusnya tidak mempercayai dan menyembah apapun selain Allah. Ayat lain yang juga menjelaskan tentang aqidah adalah QS. Al-Baqarah 2 163-164. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman harus meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang paling tinggi dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya dalam ketuhanan. Ayat ini juga mengingatkan Muslim untuk menghormati ibadah yang ditetapkan Allah dan mengimani semua rasul dan kitab yang diturunkan kepada mereka. Ayat lain yang juga menjelaskan tentang aqidah adalah QS. Al-Kafirun 109 1-6. Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa orang yang beriman harus meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah. Ayat ini juga menegaskan bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Ayat lain yang menegaskan aqidah adalah QS. An-Nisa 4 48. Ayat ini menegaskan bahwa seorang muslim harus meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah dan tidak ada sekutu baginya. Ayat ini juga mengingatkan Muslim untuk beribadah dan menghormati Allah. Ayat lain yang menegaskan aqidah adalah QS. Al-Jin 72 1-3. Ayat ini mengingatkan Muslim untuk meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah dan tidak ada yang dapat menandingi-Nya. Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah adalah sumber dari segala sesuatu dan bahwa Dia adalah Tuhan yang paling tinggi. Semua ayat Al-Quran yang disebutkan di atas menegaskan bahwa seorang muslim harus beribadah kepada Allah dan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya yang berhak disembah. Ini merupakan suatu keyakinan yang sangat kuat dalam aqidah dan merupakan salah satu fondasi penting agama Islam. Oleh karena itu, seorang muslim harus menjaga agamanya dengan mengikuti segala perintah Allah dan menghindari segala larangan-Nya. – Ayat Alquran juga mengajarkan cara melaksanakan aqidah dengan benar. Aqidah adalah kumpulan konsep keyakinan yang membentuk dasar agama dan keyakinan seseorang. Aqidah adalah ideologi yang membentuk agama, yang menentukan cara beragama, cara berpikir, dan cara hidup. Aqidah memberikan panduan bagi umat manusia untuk hidup dan berperilaku sebagai seorang muslim. Dalam agama Islam, Al Qur’an adalah sumber utama aqidah. Al Qur’an mengandung pesan-pesan Allah yang menjelaskan tentang keesaan Allah, hari akhir, dan cara menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim. Ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan tentang aqidah dengan jelas dan jelas. Ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang aqidah antara lain ialah Al-Quran 2177 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak bertoleransi terhadap orang-orang yang menyalahi perintah-Nya dan tidak mematuhi perintahnya.” Ayat ini menggambarkan tentang aqidah sebagai cara untuk menghindari api neraka. Ayat Al-Qur’an juga mengajarkan cara melaksanakan aqidah dengan benar. Al-Quran 3102 menyatakan, “Telah datang kepadamu petunjuk dari Tuhanmu dan penyempurnaan agama; maka takutlah kepada Allah dan hendaklah kamu bertaqwa kepada-Nya.” Ayat ini menyatakan bahwa untuk melaksanakan aqidah dengan benar, kita harus bertaqwa kepada Allah dan mengikuti petunjuk dan penyempurnaan yang diberikan oleh-Nya. Ayat Al-Qur’an juga menekankan pentingnya berpegang teguh pada aqidah. Al-Quran 53 menerangkan, “Sesungguhnya telah datang kepadamu petunjuk dari Tuhanmu, maka hendaklah kamu mengikuti ajaran Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” Ayat ini menganjurkan kita untuk mengikuti petunjuk Allah dan tidak mengikuti hawa nafsu orang lain. Aqidah adalah dasar agama dan keyakinan yang membentuk cara beragama, cara berpikir, dan cara hidup seseorang. Al Qur’an adalah sumber utama aqidah. Ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan tentang aqidah dengan jelas dan jelas. Ayat Al-Qur’an juga mengajarkan cara melaksanakan aqidah dengan benar, yaitu dengan bertaqwa kepada Allah dan mengikuti petunjuk dan penyempurnaan yang diberikan oleh-Nya. Ayat Al-Qur’an juga menekankan pentingnya berpegang teguh pada aqidah dengan mengajak kita untuk mengikuti petunjuk Allah dan tidak mengikuti hawa nafsu orang lain. Dengan demikian, aqidah dapat diterapkan dengan benar dan tepat. – Ayat Alquran juga mengingatkan kita mengenai sifat taqwa. Aqidah merupakan konsep yang penting dalam agama Islam. Ini adalah konsep yang menyangkut keyakinan dan pemahaman tentang Allah, malaikat, kitab suci, para nabi, hari akhir, dan konsep lainnya yang berkaitan dengan agama. Ayat-ayat Alquran mengajarkan kita tentang aqidah, dan banyak ayat Quran juga menyebutkan tentang sifat taqwa. Taqwa adalah salah satu sifat yang penting dalam Islam. Sifat ini menggambarkan seseorang yang taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Seseorang yang bertaqwa menghormati dan mencintai Allah, dan menjalankan perintah-Nya dengan penuh keyakinan dan tunduk. Ayat-ayat Quran yang menjelaskan tentang aqidah dan sifat taqwa secara khusus bertujuan untuk mengingatkan umat Islam untuk menjaga agama mereka dan untuk hidup dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Berikut adalah beberapa ayat Alquran yang mengajarkan tentang aqidah dan sifat taqwa Pertama, adalah Surah Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.” Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga aqidah mereka dan tidak meninggalkan agama ini. Kedua, adalah Surah Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, berpegang teguhlah kepada tali Allah agama Islam, dan janganlah kamu bercerai berai.” Ayat ini mengingatkan kita untuk bersatu dalam agama kita dan untuk tidak berpecah belah. Ketiga, adalah Surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal sesama. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ayat ini menekankan pentingnya sifat taqwa dan menunjukkan bahwa orang yang paling bertakwa adalah orang yang paling dihormati di sisi Allah. Keempat, adalah Surah Al-Anfal ayat 2 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga aqidah kita dan untuk meninggal dalam kondisi beragama Islam. Kelima, adalah Surah Al-Hujurat ayat 49 yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir, maka jadilah kamu lebih kuat daripada mereka itu dengan kekuatan taqwa.” Ayat ini mengingatkan kita untuk bertaqwa dan menjadi kuat dalam iman kita, meskipun kita berhadapan dengan orang-orang yang tidak beriman. Kesimpulannya, ayat Alquran juga mengingatkan kita tentang sifat taqwa. Sifat ini sangat penting dalam Islam karena ia menunjukkan kesungguhan seseorang dalam mengikuti ajaran agama. Ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah dan sifat taqwa ini mengingatkan kita untuk menjaga agama kita dan untuk hidup dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. – Allah juga berfirman bahwa setiap orang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. Ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah adalah ayat yang menjelaskan keimanan seseorang kepada Allah dan menunjukkan bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Esa yang harus dipercaya dan diibadahi. Salah satu ayat yang menjelaskan tentang aqidah adalah firman Allah SWT dalam surat Al Imran ayat 132 yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal saleh, niscaya mereka akan mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih”. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh. Ini menunjukkan bahwa setiap orang yang memiliki keimanan yang kuat dan melakukan amal saleh secara konsisten akan mendapatkan pahala dari Allah. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 157 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya”. Ini menunjukkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh dan memberikan mereka kesempatan untuk tinggal di surga. Kesimpulannya, ayat Alquran yang menjelaskan tentang aqidah menunjukkan bahwa Allah SWT berfirman bahwa setiap orang yang beriman akan mendapatkan pahala dari Allah. Ini menunjukkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh dan memberikan mereka kesempatan untuk tinggal di surga. Ayat Alquran ini juga mengingatkan kita bahwa kita harus beriman kepada Allah dan melakukan amal saleh dengan sempurna agar kita dapat mendapatkan pahala dari Allah. – Ayat Alquran mengingatkan kita mengenai pentingnya aqidah dan mengamalkan aqidah dengan benar. Aqidah merupakan hal yang sangat penting bagi seorang muslim. Aqidah adalah keyakinan yang dapat membantu seseorang untuk menjalani hidupnya dengan benar dan mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu, Al-Quran mengingatkan kita mengenai pentingnya aqidah dan mengamalkan aqidah dengan benar. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang aqidah sebagian besar berfokus pada kekuatan iman dan keyakinan yang kuat. Di dalam Al-Quran, Allah swt mengingatkan kita bahwa iman adalah landasan dasar bagi seorang muslim. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan beriman dengan hati yang kuat, mereka itu adalah orang-orang yang berada di atas petunjuk.” QS. Al-Hujurat 13. Dengan menjaga dan meningkatkan keyakinan kita terhadap Allah swt, kita dapat mencapai kebahagiaan dalam hidup kita. Selain itu, Al-Quran juga mengingatkan kita tentang pentingnya menyembah Allah swt dengan sepenuh hati. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan janganlah kamu mati melainkan sebagai orang-orang yang berserah diri.” QS. Ali Imron 102. Dengan melaksanakan perintah Allah swt dan memiliki iman yang kuat, kita dapat mencapai kesucian jiwa dan menemukan kebahagiaan yang hakiki. Al-Quran juga mengingatkan kita tentang pentingnya berpegang teguh pada aqidah dan menjauhi kekufuran. Allah swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan janganlah kamu menyembah selain-Nya. Sesungguhnya neraka Jahannam itu kesempitannya sangat dahsyat.” QS. Al-Baqarah 177. Dengan berpegang teguh pada aqidah dan menghindari kekufuran, kita dapat menjauh dari api neraka dan mencapai kebahagiaan yang hakiki. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang aqidah merupakan pengingat penting bagi kita. Ayat-ayat tersebut mengingatkan kita bahwa iman dan takwa adalah fondasi penting dalam kehidupan kita. Dengan melaksanakan perintah Allah swt dan berpegang teguh pada aqidah, kita dapat mencapai kebahagiaan yang hakiki. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengingatkan dan mengamalkan aqidah dengan benar.
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar. Salawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad, para sahabatnya, dan segenap pengikut setia mereka. Amma ba’ al-Fatihah adalah surat yang paling agung di dalam al-Qur’an. Hal itu sebagaimana telah ditegaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id bin al-Mu’alla radhiyallahu’anhu sebagaimana disebutkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dalam Sahihnya di Kitab Tafsir al-Qur’an hadits no. 4474.Membaca surat al-Fatihah merupakan rukun di dalam sholat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, “Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab/Surat al-Fatihah.” HR. Bukhari dalam Kitab al-Adzan no. 756.Di dalam surat al-Fatihah terkandung banyak pelajaran seputar masalah aqidah dan pokok-pokok agama. Oleh sebab itu kita dapati para ulama memiliki perhatian besar terhadapnya. Hal itu bisa kita lihat dari karya-karya yang mereka susun untuk menguraikan kandungan faidah surat yang agung ini. Berikut ini kami sebutkan beberapa karya ulama seputar al-Fatihah Pertama; Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah memiliki sebuah risalah dengan judul Ba’dhu Fawa’id min Suratil Fatihah’. Di dalamnya beliau menjelaskan secara ringkas kandungan masalah aqidah dan tauhid dari surat al-Fatihah. Risalah ini telah dijelaskan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam Syarh Ba’dhu Fawa’id min Suratil Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah telah membahas kandungan-kandungan faidah dari surat al-Fatihah dalam pelajaran Ahkam min al-Qur’an al-Karim yang disiarkan dalam program siaran radio di Saudi Arabia dan pelajaran ini pun sudah dibukukan dan diterbitkan surat al-Fatihah – surat al-Baqarah.Ketiga; Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi hafizhahullah memiliki sebuah risalah khusus yang membahas kandungan pelajaran aqidah dari surat al-Fatihah. Risalah itu berjudul Tafsir Suratil Fatihah wa yalihi al-Masa’il al-Mustanbathah minhaa’.Keempat; Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah memiliki sebuah kitab ringkas yang membahas berbagai kandungan pelajaran dan faidah dari surat al-Fatihah. Kitab itu berjudul Min Hidayati Suratil Fatihah’.Pelajaran Tentang TauhidMacam-Macam TauhidIlmu Tauhid dalam Surat al-FatihahPelajaran Tentang TauhidDi dalam surat al-Fatihah terkandung pelajaran tauhid. Sebagaimana telah dijelaskan para ulama bahwa tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya. Kekhususan Allah itu terbagi tiga; rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. Surat al-Fatihah telah menyimpan faidah dan pelajaran mengenai ketiga macam tauhid dalam ayat yang berbunyi alhamdulillahi Rabbil alamin’ terkandung tauhid rububiyah. Di dalam ayat yang berbunyi ar-rahmanir rahiim’ dan maaliki yaumid diin’ terkandung tauhid asma’ wa shifat. Di dalam ayat yang berbunyi iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ terkandung tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam Syarh Ba’dhu Fawa’id min Suratil Fatihah di dalam Silsilah Syarh Rasa’il, hal. 181.Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Di dalam firman-Nya yang artinya, Rabb seru sekalian alam’ terkandung penetapan rububiyah Allah azza wa jalla. Rabb itu adalah Dzat yang menciptakan, menguasai dan mengatur. Maka tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada penguasa kecuali Allah, dan tidak ada pengatur selain Allah azza wa jalla.” lihat Ahkam minal Qur’anil Karim, hal. 12.Bahkan, di dalam ayat yang artinya, “Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam” telah terkandung ketiga macam tauhid itu. Di dalam kalimat alhamdulillah’ terkandung tauhid uluhiyah. Hal itu disebabkan karena penyandaran pujian oleh hamba kepada Allah adalah termasuk ibadah dan sanjungan kepada-Nya. Adapun tauhid rububiyah maka itu dapat dipetik dari kandungan ungkapan rabbil alamin’ bahwa Allah adalah pencipta dan penguasa alam semesta. Adapun tauhid asma’ wa shifat telah terkandung di dalam ayat ini karena di dalamnya disebutkan dua buah nama Allah yaitu Allah’ dan ar-Rabb’ lihat penjelasan Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah dalam Min Kunuzil Qur’anil Karim dalam Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 1/150.Di dalam kalimat alhamdulillah’ juga terkandung tauhid uluhiyah dari sisi makna kata lillah’. Karena kata Allah’ dalam bahasa arab memiliki makna al-ma’luh al-ma’bud; yaitu Dzat yang disembah dan diibadahi lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam al-Mukhtashar al-Mufid fi Bayani Dala’ili Aqsamit Tauhid, hal. 15.Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah berkata, “Dan firman-Nya yang artinya, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’ di dalamnya terkandung tauhid asma’ wa shifat. ar-Rahman dan ar-Rahim adalah dua buah nama diantara nama-nama Allah. Kedua nama ini menunjukkan salah satu sifat yang dimiliki Allah yaitu rahmat/kasih sayang.” lihat keterangan Syaikh ini dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta’limid Diin dalam Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/29.Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Di dalam kalimat iyyaka na’budu’ terkandung tauhid uluhiyah yaitu mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba yang disyari’atkan oleh Allah untuk mereka, karena uluhiyah bermakna ibadah. Dan ibadah itu adalah bagian dari perbuatan hamba. Adapun wa iyyaka nasta’in’ mengandung tauhid rububiyah. Karena pertolongan adalah salah satu perbuatan Rabb Yang Maha Suci. Dan tauhid rububiyah itu adalah mengesakan Allah dalam hal perbuatan-perbuatan-Nya.” lihat Silsilah Syarh Rasa’il, hal. 195.Ketika mengomentari kalimat Iyyaka na’bdu wa iyyaka nasta’in, Qatadah rahimahullah berkata, “Allah memerintahkan kalian untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya dan supaya kalian meminta pertolongan kepada-Nya dalam segala urusan kalian.” Ayat ini bermakna “Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakal kecuali kepada-Mu.” lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 19, Tafsir al-Qur’an al-Azhim [1/34]. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bertawakal kepada makhluk telah berbuat syirik lihat Tafsir Surah al-Fatihah, hal. 31.Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Bertawakal kepada sesuatu artinya bersandar kepadanya. Adapun bertawakal kepada Allah maksudnya adalah menyandarkan diri kepada Allah ta’ala dalam rangka mencukupi dan memenuhi keinginannya, baik ketika mencari kemanfaatan ataupun ketika menolak kemadharatan. Ia merupakan bagian kesempurnaan iman dan tanda keberadaannya.” lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul, hal. 38.Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Tawakal adalah separuh agama. Oleh sebab itu kita biasa mengucapkan dalam sholat kita Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan. Kita memohon kepada Allah pertolongan dengan menyandarkan hati kepada-Nya bahwasanya Dia akan membantu kita dalam beribadah kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya.” Hud 123. Allah ta’ala juga berfirman yang artinya, “Kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya aku akan kembali.” Hud 88. Tidak mungkin merealisasikan ibadah tanpa tawakal. Apabila seorang insan diserahkan kepada dirinya sendiri itu artinya dia disandarkan kepada kelemahan dan ketidakmampuan, sehingga dia tidak akan sanggup untuk beribadah dengan baik.” lihat al-Qaul al-Mufid ala Kitab at-Tauhid [2/28].Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Tawakal kepada Allah adalah sebuah kewajiban yang harus diikhlaskan dimurnikan untuk Allah semata. Ia merupakan jenis ibadah yang paling komprehensif, maqam/kedudukan tauhid yang tertinggi, teragung, dan termulia. Karena dari tawakal itulah tumbuh berbagai amal salih. Apabila seorang hamba bersandar kepada Allah semata dalam semua urusan agama maupun dunianya, tidak kepada selain-Nya, niscaya keikhlasan dan interaksinya dengan Allah menjadi benar.” lihat al-Irsyad ila Shahih al-I’tiqad, hal. 91.Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Tawakal kepada Allah adalah salah satu kewajiban tauhid dan iman yang terbesar. Sesuai dengan kekuatan tawakal maka sekuat itulah keimanan seorang hamba dan bertambah sempurna tauhidnya. Setiap hamba sangat membutuhkan tawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya dalam segala hal yang ingin dia lakukan atau dia tinggalkan, baik dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia.” lihat al-Qaul as-Sadid ala Maqashid at-Tauhid, hal. 101.Kesimpulan dari keterangan para ulama di atas adalah bahwa surat al-Fatihah mengajarkan kepada kita untuk mengesakan Allah dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat-Nya. Artinya kita wajib meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta ini. Kita juga wajib meyakini bahwa hanya Allah sesembahan yang benar, sedangkan semua sesembahan selain-Nya adalah batil. Kita pun harus meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana telah disebutkan dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah. Dan diantara ketiga macam tauhid ini maka yang paling pokok dan paling penting adalah tauhid uluhiyah. Tauhid uluhiyah inilah yang menjadi misi utama dakwah para rasul alaihimus TauhidIman kepada Allah mencakup iman terhadap wujud Allah, iman terhadap rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, dan asma’ wa shifat-Nya. Oleh sebab itu wajib mentauhidkan Allah dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat lihat keterangan Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah dalam Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/28.Mentauhidkan Allah dalam hal rububiyah maksudnya adalah meyakini bahwa Allah itu esa dalam hal perbuatan-perbuatan-Nya seperti mencipta, memberikan rizki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur segala urusan di alam semesta ini. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam perkara-perkara ini lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/28.Mentauhidkan Allah dalam hal uluhiyah maksudnya adalah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan hamba seperti dalam berdoa, merasa takut, berharap, tawakal, isti’anah, isti’adzah, istighotsah, menyembelih, bernazar, dsb. Oleh sebab itu ibadah-ibadah itu tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya siapa pun ia; apakah dia malaikat ataupun nabi terlebih-lebih lagi selain mereka lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/28Mentauhidkan Allah dalam hal asma’ wa shifat maksudnya adalah menetapkan segala nama dan sifat Allah yang telah ditetapkan oleh Allah sendiri atau oleh rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam sesuai dengan kesempurnaan dan kemuliaan-Nya tanpa melakukan takyif/membagaimanakan dan tanpa tamtsil/menyerupakan, tanpa tahrif/menyelewengkan, tanpa ta’wil/menyimpangkan, dan tanpa ta’thil/menolak serta menyucikan Allah dari segala hal yang tidak layak bagi-Nya lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/28.Pembagian tauhid ini bisa diketahui dari hasil penelitian dan pengkajian secara komprehensif terhadap dalil-dalil al-Kitab dan as-Sunnah lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/28. Pembagian tauhid menjadi tiga semacam ini adalah perkara yang menjadi ketetapan dalam madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Maka barangsiapa menambahkan menjadi empat atau lima macam itu merupakan tambahan dari dirinya sendiri. Karena para ulama membagi tauhid menjadi tiga berdasarkan kesimpulan dari al-Kitab dan as-Sunnah lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam at-Ta’liqat al-Mukhtasharah alal Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 28.Semua ayat yang membicarakan tentang perbuatan-perbuatan Allah maka itu adalah tercakup dalam tauhid rububiyah. Dan semua ayat yang membicarakan tentang ibadah, perintah untuk beribadah dan ajakan kepadanya maka itu mengandung tauhid uluhiyah. Dan semua ayat yang membicarakan tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya maka itu mengandung tauhid asma’ wa shifat lihat at-Ta’liqat al-Mukhtasharah alal Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 29.Kaitan antara ketiga macam tauhid ini adalah; bahwa tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat mengkonsekuensikan tauhid uluhiyah. Adapun tauhid uluhiyah mengandung keduanya. Artinya barangsiapa yang mengakui keesaan Allah dalam hal uluhiyah maka secara otomatis dia pun mengakui keesaan Allah dalam hal rububiyah dan asma’ wa shifat. Orang yang meyakini bahwa Allah lah sesembahan yang benar -sehingga dia pun menujukan ibadah hanya kepada-Nya- maka dia tentu tidak akan mengingkari bahwa Allah lah Dzat yang menciptakan dan memberikan rizki, yang menghidupkan dan mematikan, dan bahwasanya Allah memiliki nama-nama yang terindah dan sifat-sifat yang mulia lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/30.Adapun orang yang mengakui tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat maka wajib baginya untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah tauhid uluhiyah. Orang-orang kafir yang didakwahi oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengakui tauhid rububiyah akan tetapi pengakuan ini belum bisa memasukkan ke dalam Islam. Bahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerangi mereka supaya mereka beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan sesembahan selain-Nya. Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an seringkali disebutkan penetapan tauhid rububiyah sebagaimana yang telah diakui oleh orang-orang kafir dalam rangka mewajibkan mereka untuk mentauhidkan Allah dalam hal ibadah lihat Kutub wa Rasa’il Abdil Muhsin, 3/30-31.Diantara ketiga macam tauhid di atas, maka yang paling dituntut adalah tauhid uluhiyah. Sebab itulah perkara yang menjadi muatan pokok dakwah para rasul dan sebab utama diturunkannya kitab-kitab dan karena itu pula ditegakkan jihad fi sabilillah supaya hanya Allah yang disembah dan segala sesembahan selain-Nya ditinggalkan lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam at-Ta’liqat al-Mukhtasharah alal Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 29.Seandainya tauhid rububiyah itu sudah cukup niscaya Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak perlu memerangi orang-orang kafir di masa itu. Bahkan itu juga berarti tidak ada kebutuhan untuk diutusnya para rasul. Maka ini menunjukkan bahwa sesungguhnya yang paling dituntut dan paling pokok adalah tauhid uluhiyah. Adapun tauhid rububiyah maka itu adalah dalil atau landasan untuknya lihat at-Ta’liqat al-Mukhtasharah alal Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 30.Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajak kaum musyrikin arab kala itu untuk mengucapkan kalimat laa ilaha illallah maka mereka pun tidak mau. Karena mereka mengetahui bahwa maknanya adalah harus meninggalkan segala sesembahan selain berfirman yang artinya, “Mereka berkata Apakah dia -Muhammad- hendak menjadikan sesembahan yang banyak ini menjadi satu sesembahan saja, sesungguhnya ini adalah suatu hal yang sangat mengherankan’.” Shaad 5Allah juga berfirman yang artinya, “Sesungguhnya mereka itu ketika dikatakan kepada mereka laa ilaha illallah maka mereka menyombongkan diri. Dan mereka mengatakan, Apakah kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila’.” ash-Shaffat 35-36Hal ini menunjukkan bahwa mereka -kaum musyrikin di masa itu- tidak menghendaki tauhid uluhiyah. Akan tetapi mereka menginginkan bahwa sesembahan itu banyak/berbilang sehingga setiap orang bisa menyembah apa pun yang dia kehendaki. Oleh sebab itu perkara semacam ini harus diketahui, karena sesungguhnya semua penyeru aliran sesat yang lama maupun yang baru senantiasa memfokuskan dalam hal tauhid rububiyah. Sehingga apabila seorang hamba sudah meyakini bahwa Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki menurut mereka inilah seorang muslim. Dengan pemahaman itulah mereka menulis aqidah mereka. Semua aqidah yang ditulis oleh kaum Mutakallimin tidak keluar dari perealisasian tauhid rububiyah dan dalil atasnya. Padahal keyakinan semacam ini tidaklah cukup, sebab harus disertai dengan tauhid uluhiyah lihat at-Ta’liqat al-Mukhtasharah alal Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 31.Allah berfirman yang artinya, “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” an-Nahl 36.Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” al-Anbiyaa’ 25.Allah berfirman yang artinya, “Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” an-Nisaa’ 36.Ilmu Tauhid dalam Surat al-FatihahSurat al-Fatihah mengandung pelajaran yang sangat berharga dalam ilmu tauhid. Di dalamnya Allah berfirman yang artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” al-Fatihah.Makna ayat itu adalah kami mengkhususkan kepada-Mu semata ya Allah dalam beribadah dan kami mengesakan-Mu semata dalam hal meminta pertolongan’. Oleh sebab itu kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada-Nya. Ini merupakan tauhid kepada Allah dalam hal ibadah lihat keterangan Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah dalam Min Hidayati Suratil Fatihah, hal. 14.Kalimat iyyaka na’budu’ merupakan perealisasian dari kalimat tauhid laa ilaha illallah, sedangkan kalimat iyyaka nasta’in’ mengandung perealisasian dari kalimat laa haula wa laa quwwata illa billah. Karena laa ilaha illallah mengandung pengesaan Allah dalam hal ibadah, dan laa haula wa laa quwwata illa billah mengandung pengesaan Allah dalam hal isti’anah/meminta pertolongan lihat Min Hidayati Suratil Fatihah, hal. 15.Di dalam iyyaka na’budu’ terkandung pemurnian ibadah untuk Allah semata. Sehingga di dalamnya pun terkandung bantahan bagi orang-orang musyrik yang beribadah kepada selain Allah di samping ibadah mereka kepada Allah lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam Silsilah Syarh Rasa’il, hal. 183.Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “.. Beribadah kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya, inilah makna tauhid. Adapun beribadah kepada Allah tanpa meninggalkan ibadah kepada selain-Nya, ini bukanlah tauhid. Orang-orang musyrik beribadah kepada Allah, akan tetapi mereka juga beribadah kepada selain-Nya sehingga dengan sebab itulah mereka tergolong sebagai orang musyrik. Maka bukanlah yang terpenting itu adalah seorang beribadah kepada Allah, itu saja. Akan tetapi yang terpenting ialah beribadah kepada Allah dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Kalau tidak seperti itu maka dia tidak dikatakan sebagai hamba yang beribadah kepada Allah. Bahkan ia juga tidak menjadi seorang muwahhid/ahli tauhid. Orang yang melakukan sholat, puasa, dan haji tetapi dia tidak meninggalkan ibadah kepada selain Allah maka dia bukanlah muslim…” lihat I’anatul Mustafid, Jilid 1 hal. 38-39.Ibadah hanya diterima oleh Allah apabila dilandasi dengan tauhid. Allah berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabbnya.” al-Kahfi 110. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Simpul pokok ajaran agama ada dua kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita beribadah kepada-Nya hanya dengan syari’at-Nya, kita tidak beribadah kepada-Nya dengan bid’ah-bid’ah. Hal itu sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Rabbnya.” al-Kahfi 110.” lihat Da’a’im Minhaj Nubuwwah, hal. 87.Allah berfirman yang artinya, “Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dengan hanif…” al-Bayyinah 5.Ibadah yang murni untuk Allah inilah yang dimaksud dalam firman-Nya yang artinya, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” adz-Dzariyat 56. Para ulama menafsirkan bahwa makna supaya mereka beribadah kepada-Ku’ adalah supaya mereka mentauhidkan-Ku dalam beribadah’ lihat keterangan Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam Silsilah Syarh Rasa’il, hal. 329.Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan, “Makna supaya mereka beribadah kepada-Ku’ adalah agar mereka mengesakan Aku Allah, pent dalam beribadah. Atau dengan ungkapan lain supaya mereka beribadah kepada-Ku’ maksudnya adalah agar mereka mentauhidkan Aku; karena tauhid dan ibadah itu adalah satu tidak bisa dipisahkan, pent.” lihat I’anat al-Mustafid [1/33].Imam al-Baghawi rahimahullah menukil ucapan Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau berkata, “Setiap istilah ibadah yang disebutkan di dalam al-Qur’an maka maknanya adalah tauhid.” lihat Ma’alim at-Tanzil, hal. 20.Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Apabila anda telah mengetahui bahwasanya Allah menciptakan anda untuk beribadah kepada-Nya, maka ketahuilah bahwasanya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali apabila bersama dengan tauhid. Sebagaimana halnya sholat tidak disebut sholat kecuali apabila bersama dengan thaharah/bersuci. Apabila syirik memasuki ibadah maka ia menjadi batal seperti halnya hadats yang menimpa pada thaharah.” lihat matan al-Qawa’id al-Arba’ dalam Silsilah Syarh Rasa’il, hal. 331.Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh hafizhahullah berkata, “… Sesungguhnya ibadah tidaklah diterima tanpa tauhid. Hal itu diserupakan dengan thaharah/bersuci untuk mengerjakan sholat. Karena tauhid merupakan syarat diterimanya ibadah; yaitu ibadah harus ikhlas. Adapun thaharah adalah syarat sah sholat. Maka sebagaimana halnya tidak sah sholat tanpa thaharah/bersuci, maka demikian pula tidaklah sah ibadah siapa pun kecuali apabila dia termasuk orang yang bertauhid…” lihat Syarh al-Qawa’id al-Arba’ oleh Syaikh Shalih alu Syaikh, hal. 8.Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Barrak hafizhahullah berkata, “Apabila telah dimaklumi bahwasanya sholat yang tercampuri dengan hadats maka hal itu membatalkannya, demikian pula halnya ibadah yang tercampuri syirik maka itu juga akan merusaknya. Seperti halnya hadats yang mencampuri thaharah maka hal itu membatalkannya. Akan tetapi apabila syirik yang dilakukan itu termasuk syirik akbar maka ia membatalkan semua ibadah. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Sungguh jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu.” az-Zumar 65. Dan juga firman-Nya yang artinya, “Seandainya mereka berbuat syirik niscaya lenyap seluruh amal yang pernah mereka kerjakan.” al-An’am 88. Adapun apabila ia tergolong syirik ashghar maka akibatnya adalah menghapuskan amal yang tercampuri dengan riya’ saja dan tidaklah menghapuskan amal-amal yang lain yang dikerjakan dengan ikhlas karena Allah.” lihat Syarh al-Qawa’id al-Arba’ oleh Syaikh al-Barrak, hal. 11.Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali rahimahullah berkata, “Setiap amal yang dipersembahkan oleh orang tanpa dibarengi tauhid atau pelakunya terjerumus dalam syirik maka hal itu tidak ada harganya dan tidak memiliki nilai sama sekali untuk selamanya. Karena ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah [yang benar] tanpa tauhid. Apabila tidak disertai tauhid, maka bagaimanapun seorang berusaha keras dalam melakukan sesuatu yang tampilannya adalah ibadah seperti bersedekah, memberikan pinjaman, dermawan, suka membantu, berbuat baik kepada orang dan lain sebagainya, padahal dia telah kehilangan tauhid dalam dirinya, maka orang semacam ini termasuk dalam kandungan firman Allah azza wa jalla yang artinya, “Kami teliti segala sesuatu yang telah mereka amalkan -di dunia- kemudian Kami jadikan ia laksana debu yang beterbangan.” al-Furqan 23.” lihat Abraz al-Fawa’id min al-Arba’ al-Qawa’id, hal. 11.Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata, “Maka apabila seorang mukmin mengetahui bahwasanya tauhid apabila tercampuri dengan syirik maka hal itu akan merusaknya. Sebagaimana hadats merusak thaharah. Maka dia pun mengerti bahwa dirinya harus mengenali hakikat tauhid dan hakikat syirik supaya dia tidak terjerumus dalam syirik. Karena syirik itulah yang akan menghapuskan tauhid dan agamanya. Karena tauhid inilah agama Allah dan hakikat ajaran Islam. Tauhid inilah petunjuk yang sebenarnya. Apabila dia melakukan salah satu bentuk kesyirikan itu maka Islamnya menjadi batal dan agamanya lenyap…” lihat Syarh al-Qawa’id al-Arba’ oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, hal. 11.Syaikh Abdullah bin Ibrahim al-Qar’awi rahimahullah berkata, “Syirik adalah menyamakan atau mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang termasuk dalam kekhususan Allah, atau beribadah/berdoa kepada selain Allah disamping beribadah kepada Allah.” lihat Syarh Tsalatsah al-Ushul oleh Syaikh Abdullah al-Qar’awi, hal. 20.Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Lawan dari tauhid adalah syirik kepada Allah azza wa jalla. Maka tauhid itu adalah mengesakan Allah dalam beribadah. Adapun syirik adalah memalingkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah azza wa jalla, seperti menyembelih, bernadzar, berdoa, istighatsah, dan jenis-jenis ibadah yang lainnya. Inilah yang disebut dengan syirik. Syirik yang dimaksud di sini adalah syirik dalam hal uluhiyah, adapun syirik dalam hal rububiyah maka secara umum hal ini tidak ada/tidak terjadi.” lihat Syarh Ushul Sittah, hal. 11.Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Bukanlah makna tauhid sebagaimana apa yang dikatakan oleh orang-orang jahil/bodoh dan orang-orang sesat yang mengatakan bahwa tauhid adalah dengan anda mengakui bahwa Allah lah sang pencipta dan pemberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, dan yang mengatur segala urusan. Ini tidak cukup. Orang-orang musyrik dahulu telah mengakui perkara-perkara ini namun hal itu belum bisa memasukkan mereka ke dalam Islam…” lihat at-Tauhid, Ya Ibadallah, hal. 22.Syaikh Zaid bin Hadi al-Madkhali rahimahullah berkata, “Patut dimengerti, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang meninggalkan ibadah kepada Allah melainkan dia pasti memiliki kecondongan beribadah/menghamba kepada selain Allah. Mungkin orang itu tidak tampak memuja patung atau berhala. Tidak tampak memuja matahari dan bulan. Akan tetapi, dia menyembah hawa nafsu yang menjajah hatinya sehingga memalingkan dirinya dari beribadah kepada Allah.” lihat Thariq al-Wushul ila Idhah ats-Tsalatsah al-Ushul, hal. 147.Syaikh Abdullah bin Shalih al-Ubailan hafizhahullah mengatakan, “Ketahuilah, bahwa tauhid dan mengikuti hawa nafsu adalah dua hal yang bertentangan. Hawa nafsu itu adalah berhala’, dan setiap hamba memiliki berhala’ di dalam hatinya sesuai dengan kadar hawa nafsunya. Sesungguhnya Allah mengutus para rasul-Nya dalam rangka menghancurkan berhala dan supaya -manusia- beribadah kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Bukanlah maksud Allah subhanahu adalah hancurnya berhala secara fisik sementara berhala’ di dalam hati dibiarkan. Akan tetapi yang dimaksud ialah menghancurkannya mulai dari dalam hati, bahkan inilah yang paling pertama tercakup.” lihat al-Ishbah fi Bayani Manhajis Salaf fit Tarbiyah wal Ishlah, hal. 41.Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ikhlas adalah hakikat agama Islam. Karena islam itu adalah kepasrahan kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Maka barangsiapa yang tidak pasrah kepada Allah sesungguhnya dia telah bersikap sombong. Dan barangsiapa yang pasrah kepada Allah dan kepada selain-Nya maka dia telah berbuat syirik. Dan kedua-duanya, yaitu sombong dan syirik bertentangan dengan islam. Oleh sebab itulah pokok ajaran islam adalah syahadat laa ilaha illallah; dan ia mengandung ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Itulah keislaman yang bersifat umum yang tidaklah menerima dari kaum yang pertama maupun kaum yang terakhir suatu agama selain agama itu. Sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” Ali Imran 85. Ini semua menegaskan kepada kita bahwasanya yang menjadi pokok agama sebenarnya adalah perkara-perkara batin yang berupa ilmu dan amalan hati, dan bahwasanya amal-amal lahiriyah tidak akan bermanfaat tanpanya.” lihat Mawa’izh Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, hal. 30.[bersambung]***Penulis Ari Wahyudi,
jelaskan pesan yang terkandung pada ayat yang menjelaskan aqidah