Metodebandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di pesantren. Kenapa disebut dengan weton? Karena berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya. Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri.
Dá»ch VỄ Há» Trợ Vay Tiá»n Nhanh 1s. Perubahan zaman yang semakin cepat berpengaruh besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keadaan ini kemudian berdampak pula pada sistem pendidikan, khususnya sistem pendidikan Islam. Usaha yang terus dilakukan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Islam agar tidak tertinggal dari masyarakat lainnya menjadi penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Pesantren memiliki ciri khas pada model pembelajaran yang digunakan dalam sistem pendidikannya. Pesantren-pesantren yang berdiri pada masa pra-kemerdekaan sebagian besar menganut model pembelajaran tradisional. Namun seiring perkembangan zaman beberapa pesantren melakukan perubahan dengan model pembelajaran modern.. Keberadaan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido menjawab tantangan masyarakat akan kebutuhan Pendidikan, ilmu keagamaan, dan ilmu umum yang seimbang. Perpaduan kurikulum umum nasional dan kurikulum lokal pesantren dirumuskan di dalam model pembelajaran pesantren modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah etnografi. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang sejarah dan juga perkembangan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dari mulai pengubahan model pembelajaran tradisional menjadi modern. Model Pembelajaran Pesantren Modern yang digunakannya mencangkup metode pembelajaran dan kurikulumnya.. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah modernisasi model pembelajaran di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido berjalan baik walau masih perlu adanya penyempurnaan. Faktor utama yang mendukung pelaksanaannya adalah karena komposisi tenaga pendidik atau ustadza/ah yang mayoritas alumnus pesantren yang menerapkan model pembelajaran pesantren kunci kurikulum, model pembelajaran instruksional, pesantren modern. INSTRUKSIONAL LEARNING MODEL IN MODERN BOARDING SCHOOLABSTRACTModernizing effect on people's lives. This situation also impacted on the educational system of Islam. Islamic education is required to be able to respond to changes in society in accordance with the needs of society. Efforts to improve public education of Islam order to keep up the rest of society becomes important to be implemented. Boarding school has a typical model of applied learning in its educational system. Boarding School that develop in pre-independence embrace traditional learning models. However, over the times lots of pesantren make a change to use model of modern learning. The learning model functional as a guideline for the designers of learning and teachers in implementing the learning activities. The existence of Modern Boarding School of Daarul 'Uluum Lido has responded to the challenges of society that aplicating the science of religion and general science education balanced. The combination of the national curriculum and the local curriculum of boardung school teaching model formulated in modern boarding school. This research was the field research and the library research, that used qualitative descriptive study with ethnographic methods. The results of this research described the history and development of Modern Boarding School Daarul 'Uluum Lido from began modifying traditional teaching model to be modern. Modern Boarding School Learning Model which covers uses teaching methods and curriculum. Factors that supporting and inhibiting were its implementation and implications. The conclusion of this study is the modernization teaching model in Modern Boarding Daarul 'Uluum Lido running well though is still need for improvement. The main factors that support its implementation is due to the composition of the majority of educators who alumnus pesantren that implement teaching model modern boarding. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Model pembelajaran instruksional MODEL PEMBELAJARAN INSTRUKSIONAL DI PESANTREN MODERN DAARUL ULUUM LIDO INSTRUKSIONAL LEARNING MODEL IN MODERN BOARDING SCHOOL DAARUL ULUUM LIDO R Abdillah1a, O Abdurakhman1, dan N Maryani1 1 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol Ciawi No. 1 Kotak Pos 35 Ciawi Bogor 16720 a Korespondensi Rizky Abdillah, Email abdillahrizky94 Diterima 27-02-2018; Ditelaah 27-02-2018; Disetujui 27-04-2018 ABSTRACTModernizing effect on people's lives. This situation also impacted on the educational system of Islam. Islamic education is required to be able to respond to changes in society in accordance with the needs of society. Efforts to improve public education of Islam order to keep up the rest of society becomes important to be implemented. Boarding school has a typical model of applied learning in its educational system. Boarding School that develop in pre-independence embrace traditional learning models. However, over the times lots of pesantren make a change to use model of modern learning. The learning model functional as a guideline for the designers of learning and teachers in implementing the learning activities. The existence of Modern Boarding School of Daarul 'Uluum Lido has responded to the challenges of society that aplicating the science of religion and general science education balanced. The combination of the national curriculum and the local curriculum of boardung school teaching model formulated in modern boarding school. This research was the field research and the library research, that used qualitative descriptive study with ethnographic methods. The results of this research described the history and development of Modern Boarding School Daarul 'Uluum Lido from began modifying traditional teaching model to be modern. Modern Boarding School Learning Model which covers uses teaching methods and curriculum. Factors that supporting and inhibiting were its implementation and implications. The conclusion of this study is the modernization teaching model in Modern Boarding Daarul 'Uluum Lido running well though is still need for improvement. The main factors that support its implementation is due to the composition of the majority of educators who alumnus pesantren that implement teaching model modern boarding. Keywords curriculum, instructional learning model, modern boarding school. ABSTRAKPerubahan zaman yang semakin cepat berpengaruh besar dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Keadaan ini kemudian berdampak pula pada sistem pendidikan, khususnya sistem pendidikan Islam. Usaha yang terus dilakukan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Islam agar tidak tertinggal dari masyarakat lainnya menjadi penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Pesantren memiliki ciri khas pada model pembelajaran yang digunakan dalam sistem pendidikannya. Pesantren-pesantren yang berdiri pada masa pra-kemerdekaan sebagian besar menganut model pembelajaran tradisional. Namun seiring perkembangan zaman beberapa pesantren melakukan perubahan dengan model pembelajaran modern.. Keberadaan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido menjawab tantangan masyarakat akan kebutuhan Pendidikan, ilmu keagamaan, dan ilmu umum yang Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 seimbang. Perpaduan kurikulum umum nasional dan kurikulum lokal pesantren dirumuskan di dalam model pembelajaran pesantren modern. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah etnografi. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang sejarah dan juga perkembangan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dari mulai pengubahan model pembelajaran tradisional menjadi modern. Model Pembelajaran Pesantren Modern yang digunakannya mencangkup metode pembelajaran dan kurikulumnya.. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah modernisasi model pembelajaran di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido berjalan baik walau masih perlu adanya penyempurnaan. Faktor utama yang mendukung pelaksanaannya adalah karena komposisi tenaga pendidik atau ustadza/ah yang mayoritas alumnus pesantren yang menerapkan model pembelajaran pesantren modern. Kata kunci kurikulum, model pembelajaran instruksional, pesantren modern. Abdillah, R., Abdurakhman, O., & Maryani, N. 2018. Model Pembelajaran Instruksional di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido. Tadbir Muwahhid, 21, 46-59. PENDAHULUAN Perubahan zaman yang semakin cepat berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Keadaan ini kemudian berdampak pula pada sistem pendidikan khususnya Pendidikan Islam. Pendidikan Islam dituntut untuk dapat merespon perubahan masyarakat sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat. Usaha yang terus menerus untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Islam agar tidak tertinggal dari masyarakat lainnya menjadi penting dan mendesak untuk dilaksanakan. Pendidikan Islam bukan hanya mengembangkan daâwah Islam tapi juga mengupayakan agar ajaran-ajaran agama dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Sesuai perintah Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 3. Artinya Pada hari ini telah kusempurnakan agamamu untukmu, dan telah aku cukupkan nikmatku bagimu, dan juga telah aku ridoi Islam sebagai agamamu. Pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang memiliki akar budaya yang kuat di masyarakat. Oleh sebab itu keberadaan pesantren di Indonesia sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitarnya. Dalam hal pendidikan agama, sedari awal keberadaan pesantren adalah untuk dapat memberikan pendidikan dan menyebarkan ajaran Islam kepada seluruh masyarakat dengan pengajaran, baik dengan sistem salaf maupun madrasah. Selain itu, kehadiran pesantren di masyarakat juga sebagai penyebaran agama dan sosial keagamaan. pada masa kolonial. Pesantren menjadi sebuah lembaga pendidikan dan penyebaran Islam yang paling banyak berhubungan dengan masyarakat. Pesantren sebagai lembaga pendidikan dengan akar rumput yang sangat menyatu dengan masyarakat. Keberadaan pesantren sebagai lembaga Pendidikan masyarakat sejak dulu telah mampu merangkul berbagai macam perubahan, baik secara struktural maupun sistematik pengajaran. Transformasi yang ada di dalam pesantren telah membawa pesantren mempunyai banyak peran, yaitu sebagai lembaga pendidikan dan lembaga pengembangan masyarakat. Pesantren memiliki ciri khas model pembelajaran yang diterapkan dalam sistem pendidikannya. Pesantren-pesantren yang berkembang pada masa pra-kemerdekaan sebagian besar menganut model pembelajaran tradisional, artinya sistem Model pembelajaran instruksional pendidikannya menggunakan sistem sorogan dan terbatas pada materi-materi kitab-kitab klasik, dan santrinya tidak dibedakan berdasarkan kelas. Namun seiring perkembangan zaman beberapa pesantren melakukan perubahan dengan model pembelajaran modern, yaitu santri-santri dikelompokkan dalam kelas dengan materi yang bervariasi termasuk ada tambahan materi ketrampilan. Pesantren lambat laun tidak hanya bertujuan pada ilmu agama, tetapi juga di bidang pengetahuan umum. Pesantren harusnya menjadi lembaga tafaqquh fiddin yang mendalami agama dalam arti yang luas. Dari perkembangan yang ada manjadikan banyaknya variasi pola atau model pondok pesantren. Sehingga terjadilah pengelompokan jenis pondok pesantren yang ada dalam Peraturan Menteri Agama nomor 3 Tahun 1979 tentang Bantuan Kepada Pesantren yang mengkategorikan pesantren menjadi 1 Pondok Pesantren tipe A yaitu pondok yang berbentuk tradisional secara keseluruhan penyelenggaraannya; 2 Pondok Pesantren tipe B yaitu pondok yang berbentuk klasik atau madrasah; 3 Pondok Pesantren tipe C yaitu yang berbentuk asrama tetapi sekolahnya berada diluar pesantren; serta 4 Pondok Pesantren tipe D yaitu yang menyelenggarakan pesantren dengan asrama dan sekolah/ madrasah. Pengkategorian tersebut merupakan pengkategorian yang sifatnya adalah secara umum, karena kenyataannya ada beberapa pondok pesantren yang memberikan lebih dengan menambahkan ketrampilan, atau ada juga yang mengkombinasikannya dengan berbagai model. Pesantren di Kabupaten Bogor yang berkembang baik dalam segi kualitas pendidikan maupun kuantitas institusi dan santri adalah Pesantren Modern Daarul Uluum Lido yang terletak di wilayah Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dapat dikategorikan dalam kelompok pesantren modern. Kurikulum dari model pembelajaran yang dipakai merupakan perpaduan antara Departemen Pendidikan formal dan kurikulum kepesantrenan lokal dengan materi kependidikannya meliputi ilmu keagamaan dan ilmu umum serta beberapa jenis keterampilan. Keberadaan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido telah memberikan sumbangan dalam pembangunan pendidikan di bidang agama. Kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, bakat, dan minat anak didik agar keterampilan dalam segala bidang relevan dengan tugas kehidupan bermasyarakat serta mampu berdakwah dengannya. MATERI DAN METODE Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan atau field research dan kajian pustaka library research, karena kegiatan ini dilakukan dilingkungan pondok pesantren. Sedangkan pendekatan yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk meneliti dan menjelaskan fenomena atau karakteristik individu, keadaan, atau kelompok tertentu secara pasti dan akurat. Pendekatan kualitatif deskriptif ini bermaksud membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena, dan melakukan penyelidikan secara mendalam tentang gambaran yang terorganisasikan dengan baik secara lengkap mengenai unit sosial tersebut Sutama, 2010. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode etnografi. Kata etnografi berasal dari kata-kata Yunani ethos yang Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 artinya suku bangsa dan graphos yang berarti sesuatu yang ditulis. Selain itu menurut Prof. Emzir, etnografi adalah suatu ilmu tentang penulisan suatu suku bangsa, dengan menggunakan bahasa yang lebih modern. Etnografi juga diartikan sebagai penulisan tentang kelompok budaya. Jadi penelitian dengan metode etnografi adalah sebuah penelitian kualitatif yang meneliti tentang kehidupan kelompok masyarakat secara ilmiah yang bertujuan untuk mempelajari dan mendeskripsikan sebuah pola budaya pada suatu kelompok tersebut dalam hal kepercayaan, perilaku, bahasa, dan juga pandangan yang disepekati. Juga di dalamnya Pendidikan dan struktur politik, tahapan kehidupan, interaksi, dan gaya komunikasi Spradley, 2007. Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah model pembelajaran di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido. Selama penelitian berlangsung, peneliti berada di lokasi penelitian untuk mengumpulkan data. Waktu penelitian berlangsung selama tiga bulan yaitu bulan Desember 2016 sampai dengan bulan Februari 2017, dengan subyek penelitian adalah seluruh masyarakat yang ada di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 Observasi, ialah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti untuk menyelidiki peristiwa dengan mengamati secara sistematik mengenai letak dan keadaan daerah, model pembelajaran, serta potret kehidupan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido; 2 Interview, ialah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab lisan kepada dua orang atau lebih dengan cara saling berhadapan secara fisik, yang satu melihat muka sedangkan yang lain mendengarkan dengan telinganya sendiri. Peneliti mencoba menanyakan kepada responden di pesantren supaya mengetahui persoalan yang di teliti; 3 Dokumentasi, adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data mengenai profil Pesantren Modern Daarul Uluum Lido, keadaan lingkungan di sekitar pondok pesantren, dan jumlah santri yang belajar di Pondok Pesantren dari tahun ke tahun. Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, kemudian membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis tersebut. Analisis data yang dilakukan meliputi mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar, gambar, foto, dokumen, laporan, dan lain-lain, dan pekerjaan analisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan memberikan suatu kode tertentu dan mengkategorikannya. Pengelolaan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif. Model pembelajaran instruksional HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Materi pelajaran di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido berbeda dari materi pelajaran yang ada pada kurikulum nasional 2013 sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah seperti di Tabel 1. Tabel 1 Mata Pelajaran MTs/SMP Kurikulum 2013 Tahun Pelajaran 2016-2017 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Pendidikan Jasmani, Olah Raga & Kesehatan Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu Namun tujuan dari pembelajarannya tetap sama. Yaitu empat hal pokok yang terdiri dari 1 peserta didik; 2 perilaku; 3 Condition; dan 4 Degree. Pelajaran seni budaya, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan serta pelajaran prakarya tidak diajarkan di dalam kelas. Hal ini karena di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido mengajarkannya secara lebih luas dan mendalam pada kegiatan di luar kelas atau kegiatan ekstrakulikuler. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan. Adapun sarana dan prasarana yang menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido tahun ajaran 2016-2017 dapat dilihat pada Tabel 2. Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 Tabel 2 Sarana dan prasarana di Pesantren Modern Daarul 'Uluum Lido Tahun Pelajaran 2016-2017 Fasilitas-fasilitas yang modern didirikan guna menunjang kebutuhan para santri agar mendapat akses, sarana, dan prasarana yang bermutu dalam proses pembelajaran di pondok pesantren. Evaluasi Pembelajaran Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Dalam rangka agar mengetahui hasil dan keberhasilan dari sebuah tujuan pembelajaran yang ada maka setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi. Evaluasi Pesantren Modern Daarul Uluum Lido sudah terencana secara sistematis yaitu dengan adanya tes tiap-tiap semester. Ujian yang diselenggarakan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido sedikit berbeda dengan pelaksanaan di sekolah lainnya. Di pesantren ini pelaksanaan ujian dilaksanakan selama tiga minggu yang terdiri dari satu minggu untuk ujian pelajaran kenegrian Nasional dengan soal- Model pembelajaran instruksional soal dari negara, kemudian satu minggu untuk ujian pelajaran kepesantrenan dengan soal-soal yang dibuat oleh ustadz dan ustadzah di pesantren, dan satu minggu lainnya digunakan untuk ujian praktek ibadah dan bahasa. Selain itu setiap ustadz/ustadzah juga memberikan ulangan harian setiap selesai satu pokok bahan pembelajaran. Evaluasi ini ada kalanya bersifat tertulis, dan ada kalanya dilaksanakan secara lisan. Evaluasi juga dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam perlombaan di akhir tahun ajaran dalam rangka untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan para santri dalam menguasai berbagai pembelajaran yang telah dilalui. Tujuan lain pengadaan perlombaan ini adalah untuk memberikan motivasi pada santri serta agar santri benar-benar siap untuk hidup di masyarakat. Pembahasan Gambaran umum Pesantren Modern Daarul Uluum Lido terletak di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong. Di desa ini terdapat beberapa pondok pesantren yaitu Pesantren Modern Daarul Uluum Lido, Pondok Pesantren Al-Furqoniyah, Pondok Pesantren Al-Anwar Islamic School, Pondok Pesantren Terpadu Al-Kahfi, Pondok Pesantren Modern Nurul Haramain NW, dan Pesantren Salafy Roudhotuttolibin. Posisi Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah sebagai berikut. 1. Kurang lebih 37 Km dari kantor Bupati Bogor; 2. Kurang lebih 20 Km dari pusat kota Bogor; 3. Kurang lebih 3 Km dari kantor Kecamatan Cigombong, arah ke Barat; 4. Arah ke timur dan utara adalah pemukiman masyarakat. Identitas Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Berdasarkan analisis dokumen, identitas Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dipaparkan pada Tabel 3. Tabel 3 Identitas pesantren modern Daarul 'Uluum Lido Tahun Pelajaran 2016-2017 Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Jl. Mayjen HR. Edi Sukma KM. 22 Muara sekretariat No. 56. 29 Nopember 2010. Demografis Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Adapun kondisi demografis Pesantren Modern Daarul Uluum Lido tahun ajaran 2016-2017, terdiri dari santri, tenaga pendidik, dan karyawan. Santri yang mencari ilmu datang dari berbagai macam kalangan, baik lokal maupun luar daerah. Saat ini santri di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido berjumlah 2260 santri putra dan putri. Karyawan adalah mereka yang bekerja di Pesantren Modern Daarul Uluum lido sebagai tenaga pembantu untuk berjalannya proses pendidikan. Jumlah karyawan yang berada di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido sebanyak 83 orang dengan berbagai bidang dan tugas kerja seperti, Karyawan Kebersihan, karyawan pengamanan, karyawan dapur, karyawan perairan, Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 karyawan kelistrikan, karyawan bangunan, karyawan koperasi dan supir. Tenaga pendidik atau guru dalam pondok pesantren lebih akrab disebut dengan ustadz guru laki-laki dan ustadzah guru perempuan, ustadz/ustadzah adalah orang yang menjadi pimpinan dalam proses pembelajaran, dan yang paling berhak dalam mengatur proses belajar mengajar tersebut. Adat dalam pondok pesantren yang menjadi ustadz/ustadzah adalah mulai dari pengasuh, serta para santri yang sudah senior yang ditunjuk oleh kyai untuk membimbing adik-adiknya. Adapun keadaan ustadz/ustadzah di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido tahun ajaran 2016-2017, dapat dilihat dalam Tabel 4. Tabel 4 Tenaga Pendidik Ustadz/Ustadzah Pesantren Modern Daarul 'Uluum Lido Tahun Pelajaran 2016-2017 81 Merupakan Guru Pengabdian Kondisi Sosial Budaya Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor merupakan pedesaan yang sudah mulai berubah menuju perkotaan/urbanisasi karena pertumbuhan penduduk dan juga pesatnya pembangunan namun masih termasuk jauh dari keramaian bahkan merupakan ujung atau batas Kabupaten Bogor dengan Kabupaten Sukabumi, sehingga dapat dikatakan memiliki lingkungan yang kondusif sebagai tempat dan sarana belajar. Keadaan sosial masyarakat di sekitar lingkungan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dikatakan cukup baik. Hadirnya Pesantren Modern Daarul Uluum Lido sedikit banyak berdampak pada ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan Pesantren Modern Darul Uluum Lido mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai karyawan untuk membantu pesantren. Selain itu banyaknya masyarakat yang berkunjung ke pesantren ini juga menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pesantren Modern Daarul Uluum Lido berdiri di tanah Sunda sehingga budaya Sunda yang sangat melekat pada masyarakat ikut mewarnai pesantren. Adapaun model pembelajaran yang diterapkan oleh Pesantren Modern Daarul Uluum Lido tidak mempengaruhi unsur budaya pribumi. Lembaga Pendidikan yang Dikelola Lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido saat ini adalah 1 RA Raudhotul Atfal taman kanak-kanak Daarul Uluum Lido, dengan status aalam kepengurusan untuk memperoleh izin operasional dari Departemen Agama Kabupaten Bogor; 2 SMP Sekolah Menengah Pertama Daarul Uluum Lido, dengan status teakreditasi A, SK. BAN S-M Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Model pembelajaran instruksional MTs Madrasah Tsanawiyah Daarul Uluum Lido, dengan status terakreditasi A, SK. Kepala Kanwil Departemen Agama Prov. Jawa Barat Nomor 4 MA Madrasah Aliyah Daarul Uluum Lido, dengan status terakreditasi A, SK. Kepala Kanwil Departemen Agama Prov. Jawa Barat Nomor B/ Lembaga pendidikan nonâformal yang diselenggarakan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido saat ini adalah 1 Jamâiyyah Tahfizh al-Qurâan; 2 Pengajian ibu-ibu âUmmahatul Maâhadâ; 3 TMI Tarbiyah al-Muâallimiin al-Islaamiyyah 6 dan 4 tahun. Perkembangan santri sangat pesat baik dalam segi kualitas dan kuantitas namun tidak sebanding dengan lahan pesantren yang hanya memiliki luas beberapa ribu meter saja. Akhirnya, Pesantren Daarul `Uluum dikembangankan di tempat yang lain. Modernisasi dan pengembangan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari dalam pesantren, kiyai dan pengasuh pesantren menyadari bahwa adanya berbagai modernisasi yang ada di Indonesia, yang salah satunya diakibatkan oleh pembangunan yang cenderung mengarah pada modernisasi, industrialisasi, dan komputerisasi yang hampir ada dalam berbagai bidang kehidupan. Akibat pembangunan seperti itu, tentu membawa pengaruh dan dampak pada sikap dan perilaku masyarakat Indonesia, termasuk santri. Faktor eksternal dari modernisasi Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah pengaruh dari masyarakat dan desakan politis yang ada. Namun modernisasi yang terjadi di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido secara radikal merubah dan menghapus sistematika struktur pendidikannya. Dengan demikian, modernisasi yang ada di pesantren tidak bertentangan dengan motto umum pesantren modern itu sendiri. îîî”îîŽîîŽîîŽîî”î€î€îî î°îŽî îŽî îî¶îąîžîłî¶îȘîŽîîî îî¶îąî¶îîîŽîŒîî îî”îŹîžî§îŽî·îîŽî îî¶îȘîžîłî¶îȘîŽî îî¶îî îîî¶îąîŽî îžî»îŽî· Artinya memelihara cara lama yang baik relevan dan mengembangkan cara baru yang lebih baik. Model Pembelajaran Pesantren Modern Daarul Uluum Lido Sesuai dengan hasil observasi, model pembelajaran yang telah diterapkan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah model pembelajaran yang menggabungkan kurikulum nasional departemen pendidikan dan depeartemen agama dan kurikulum lokal kepesantrenan. Sehingga tujuan daripada pendidikan nasional disempurnakan dengan tujuan pendidikan pesantren yang mengedepankan ilmu-ilmu agama dengan tanpa meninggalkan ilmu pengetahuan umum lainnya. Menurut Djamarah 2008, yang termasuk dalam unsur-unsur pembelajaran adalah 1 Tujuan pembelajaran; 2 Bahan pelajaran materi; 3 Kegiatan belajar mengajar; 4 Metode pembelajaran; 5 Alat dan alat bantu pembelajaran; 6 Sumber pelajaran; dan 7 Evaluasi. Model pembelajaran pesantren modern ini layaknya pembelajaran yang berlangsung di banyak sekolah-sekolah umum dengan fasilitas dan perangkat yang sama dengan ditambah materi-materi pelajaran keagamaan. Beberapa unsur penting dalam model pembelajaran pesantren modern adalah tenaga pendidik. Tenaga pendidik, ialah salah satu faktor terpenting dari keberhasilan tujuan pembelajaran. Untuk menunjang model pembelajaran pesantren modern Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 maka pola penting untuk membangun model pembelajaran yang baik adalah dengan rekrutmen karyawan yang berkompeten di bidangnya. Dalam hal ini untuk keberhasilan model pembelajaran pesantren modern dan pendidikan yang islami maka Pesantren Modern Daarul Uluum Lido memberlakukan pola rekrutmen yang cukup ketat dengan hanya menerima tenaga pendidik yang pernah mendapatkan pendidikan pesantren/alumni pesantren. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran yang berbeda dengan sekolah pada umumnya sehingga pengalaman dan pengetahuan dasar tentang model pembelajaran pesantren modern mutlak dibutuhkan. Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik, dengan melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya secara optimal. Pesantren Modern Daarul Uluum Lido memakai sistem kepemimpinan tunggal dalam pengelolaan maupun pengambilan kebijakan. kebijakan diteruskan oleh kepala bidang dan kepala satuan pendidikan yang merumuskan sebuah rujukan kurikulum yang berkualitas agar dapat memenuhi kebutuhan pendidikan para santri. Model pembelajaran pesantren modern yang diterapkan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah fullday school, yaitu pola pembinaan santri oleh ustadz dan ustadzah berlangsung mulai dari pagi hingga malam. Sehingga pembinaannya dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas melainkan juga dilaksanakan di luar kelas kamar/masjid. Kegiatan juga telah terjadwal mulai dari kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, sampai pada kegiatan tahunan, dan seluruh kegiatan santri selalu dibina oleh pengurus dan ustadz/ustadzah. Metode Pembelajaran Untuk mencapai tujuan pendidikannya Pesantren Modern Daarul Uluum Lido menggunakan 2 jenis metode pengajaran yaitu untuk kurikulum negeri di bawah Kementrian Agama dan Kementrian Pendidikan , serta kurikulum kepesantrenan lokal. Metode pengajaran untuk kurikulum negeri di kelas sebagai berikut 1 Metode Ceramah Preaching Method; 2 Metode Diskusi Discussion Method; 3 Metode Demontrasi Demonstration Method; 4 Metode Ceramah Plus; 5 Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas CPTT; 6 Metode Percobaan Experimental method; 7 Metode Karya Wisata; 8 Metode Mengajar antar Teman Peer teaching method; 9 Metode Penyelesaian Masalah Problem solving method; 10 Metode Bagian Teileren method; 11 Metode Discovery; dan 12 Metode Inquiry. Selain menggunakan metode pembelajaran umum yang digunakan di kelas untuk kurikulum negeri, Pesantren Modern Daarul Uluum Lido juga menerapkan metode pembelajaran lain di luar kelas sebagai penyempurna dari tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Metode Pembelajaran yang digunakan tersebut adalah 1 Klasikal, yaitu membagi menjadi beberapa tingkat dengan pengaturan oleh satuan pendidikan; 2 Hafalan Mukhafadloh, yaitu menghafalkan inti-inti pelajaran yang biasanya berupa nadloman barisan syair yang dibuat oleh pengarang kitab, atau bahkan menghafalkan materi yang ada secara defisionil; 3 Sorogan, yaitu cara santri maju satu persatu ke hadapan gurunya untuk menerima pelajaran; 4 Bandongan, disebut juga denga istilah weton yaitu pembelajaran yang hampir menyerupai halaqoh; 5 Kilatan, yaitu kyai atau para asaatidz membaca dan santri menyimak satu kitab yang dibaca dalam Model pembelajaran instruksional waktu yang sangat singkat; 6 Taâzir, yaitu memberi hukuman atau sanksi dari pelanggaran pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh santri. Metode bertujuan untuk menanamkan jiwa disiplin bagi para santri serta memberikan pelajaran sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat; 7 Pelatihan, untuk memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan bagi para santri; dan 8 Jamâiyah, yaitu pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama. Shalat berjamaâah juga menjadi keharusan bagi semua santri dalam rangka untuk menunjukkan seorang yang mengamalkan dari apa yang telah dipelajari. Sehingga untuk memaksimalkannya dibuat sebuah peraturan yang mengharuskan santri untuk sholat berjamaâah dan diberi sanksi ketika dilanggar. Dengan ini jelas bahwa metode pembelajaran riyadloh menuntut keaktifan dan partisipasi langsung dari santri sebagai peserta didik. Metode pendidikan yang dilakukan bervariasi, sehingga metode pendidikan yang monoton tidak terlihat dalam pengajaran yang dilakukan di pondok pesantren ini. Kurikulum negeri yang digunakan di Pesantren Daarul Ulum Lido berisi materi pelajaran-pelajaran umum yang biasanya diajarkan di sekolah-sekolah umum seperti Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Geografi, Matematika, Kewarganegaraan, Guidance & Counseling, Psikologi, Sosiologi & Antropologi, Bahasa Inggris & Grammar, Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam proses belajar mengajar di pesantren Modern Daarul Uluum Lido subjek yang terlibat, yaitu guru ustadz/ustadzah dan santri. santri ialah subjek yang dibina sedangkan guru sebagai pembina, keduanya terlibat dalam sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Sehingga kurikulum yang diterapkan tidak hanya dijadikan sebagai mata pelajaran dan rencana dalam proses pengajaran oleh guru, tetapi kurikulum juga dijadikan sebagai kontrol atau penyeimbang dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dari model pembelajaran yang dirumuskan. Untuk lebih mempermudah dalam proses pembelajaran kurikulum yang diajarkan dibagi sesuai dengan kelas dan tingkatannya. Definisi belajar telah diuangkapkan oleh banyak ahli diantaranya oleh Crombach dalam bukunya Educational Psychology, menyatakan âLearning is show by a change in behavior as a result of experience.â, berarti bahwa belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Sedangkan menurut dictionary of psychology yang dikutip oleh Syah 2010 yang menyebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama belajar diartikan âthe process of acquiring knowledgeâ, kedua belajar diartikan â a relatively permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced practice.â Pengertian pertama memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dengan bahasa lain Tafsir 2008 menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan reinforce. Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa belajar berarti suatu proses yang dapat menghasilkan suatu perubahan, yang mana proses tersebut bisa berupa sebuah latihan atau pengalaman. Pada dasarnya yang membedakan sistem pendidikan pondok pesantren dengan Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 lembaga pendidikan lain umum, adalah terletak pada penekanan ajaran serta pembelajaran yang mana pondok pesantren menekankan ajaran agama Islam serta pembelajarannya menggunakan metode yang tradisional seperti bandongan atau sorogan walaupun pada saat ini banyak yang menggunakan sistem madrasah. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa model pembelajaran pesantren modern yang digunakan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido dapat berjalan dengan baik atas beberapa hal diantaranya adalah pembentukan dunia belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang terjaga oleh peraturan pesantren sehingga dunia pendidikan pesantren steril dari ganguan dunia luar. Selain itu tujuan pendidikan dapat berjalan sempurna oleh dorongan tenaga pendidik yang sesuai dan berkopenten dalam bidangnya. Dalam hal ini pesantren modern menggunakan pola rekrutmen ketat yang mengharuskan tenaga pendidik pesantren mengenyam pendidikan pesantren dulu sebelumnya. Dan juga sistem pengabdian santri akhir yang banyak membantu proses berjalannya pola pendidikan yang ideal. Model pembelajaran pesantren modern terkait dengan metode yang digunakan, Pesantren Modern Daarul Uluum Lido tetap menggunakan metode pengajaran lama untuk beberapa mata pelajaran dan pengajian sedangkan banyaknya sudah mengadopsi metode-metode pembelajaran yang terbaru di dalam kelas agar pembelajaran labih efektif dan sesuai dengan tujuannya. Sesuai dengan hasil observasi, model pembelajaran yang telah diterapkan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah pembelajaran yang mengintegrasikan kurikulum nasional departemen pendidikan dan depeartemen agama dan kurikulum lokal kepesantrenan. Sehingga tujuan dari pendidikan nasional disempurnakan dengan tujuan pendidikan pesantren yang mengedepankan ilmu-ilmu agama dengan tanpa meninggalkan ilmu pengetahuan umum lainnya. Model pembelajaran pesantren modern ini layaknya pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah umum dengan fasilitas dan perangkat yang sama dengan ditambah materi-materi pelajaran keagamaan. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran yang berbeda dengan sekolah pada umumnya sehingga pengalaman dan pengetahuan dasar tentang model pembelajaran pesantren modern mutlak dibutuhkan. Model pembelajaran pesantren modern yang diterapkan di Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah fullday school atau dimaksudkan pola pembinaan santri oleh ustadz dan ustadzah berlangsung mulai dari pagi hingga malam. Sehingga pembinaannya dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas melainkan juga dilaksanakan di luar kelas kamar/masjid. Kurikulum Demi menunjang tujuan pendidikan yang diharapkan maka optimasilasi kurikulum juga manjadi perhatian penting dalam model pembelajaran di pesantren Modern, maka dari itu Pesantren Modern Daarul Uluum Lido mengatur komposisi kurikulum yang digunakan. Yaitu 1 Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, melalui penyelenggaraan SMP Sekolah Menengah Pertama; 2 Kurikulum Departemen Agama, melalui penyelenggaraan RA Roudotul Atfal, MTs Madrasah Tsanawiyah & MA Madrasah Aliyah, dan 3 Kurikulum Pesantren Modern, melalui penyelenggaraan pola pendidikan Model pembelajaran instruksional muâallimin yang bernama TMI Tarbiyah al-Muâallimiin al-Islaamiyyah. Sehingga secara garis besar kurikulum tersebut terbagi menjadi 2 yaitu pertama, Kurikulum al-ulĂ»m al-tanzĂźliyyah, kurikulum ini berisi pelajaran-pelajaran keagamaan seperti 1 Qurâan wa ulumuhu ilmu tentang isi kitab suci alquran, tafsirannya, tata cara bacanya; 2 Hadits wa Mushthalahuhu Ilmu tentang pokok-pokok dan kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengetahui kondisi sanad dan matan hadits; 3 Fiqh wa Qawaiduhu wa ushuluhu ilmu tentang persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya; 4 Tarbiyah ilmu tentang cara mendidik yang baik; 5 Mantiq ilmu tentang logika berfikir; 6 Qawaid Nahw & Sharf ilmu tentang tata bahasa arab; 7 Balaghah kajian yang berisi teori-teori dan materi-materi yang berkaitan dengan cara-cara penyampaian ungkapan yang bernilai; 8 Mahfuzhat ilmu tentang kata-kata mutiara penuh hikmah, peribahasa dengan menggunakan bahasa arab; 9 Faraid ilmu tentang hukum dan perhitungan harta waris; 10 Tauhid ilmu tentang aqidah agama dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil naqli ataupun dalil aqli; 11 Tarikh Islam ilmu tentang sejarah islam; 12 Muthalaâah ilmu tentang kisah-kisah berisi pelajaran hidup dan hikmah dengan menggunakan bahasa arab; 13 Insyaâ wa al-Taâbir ilmu tentang membuat karangan, istilah, syair dalam bahasa arab yang baik dan benar; dan 14 al-Lughah al-Arabiyah ilmu tentang pelajaran bahasa arab. Kedua, Kurikulum al-ulĂ»m al-kauniyyah, kurikulum ini berisi materi pelajaran-pelajran umum yang biasanya diajarkan disekolah-sekolah umum seperti Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Geografi, Matematika, Kewarganegaraan, Guidance & Counseling, Psikologi, Sosiologi & Antropologi, Bahasa Inggris & Grammar, Bahasa dan Sastra Indonesia. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Model pembelajaran di Pesantren Modern daarul Ulum Lido dapat berjalan dengan baik dan mempunyai ciri khasnya tersendiri karena beberapa hal, diantaranya sebagai berikut. 1. Metode Pembelajaran yang digunakan Pesantren Modern Daarul Uluum Lido adalah metode lama klasik seperti bendongan, wetongan, hafalan, batshul masail, dan lainnya tetapi dengan pengkondisian yang lebih modern, selain itu metode pengajarannya pun disesuaikan dengan metode yang lebih atraktif dan efisien. 2. Pesantren Modern Daarul Ulum Lido menggunakan dua kurikulum yang dikolaborasikan dan dijalankan bersama yaitu kurikulum negeri dari Departemen Agama dan Departemen Pendidikan juga kurikulum lokal pesantren. Kedua kurikulum tersrebut dijalankan bersamaan di dalam kelas pada waktu proses belajar mengajar. 3. Dengan pemberlakuan dua mata pelajaran maka beban pelajaran siswa bertambah dengan adanya materi-materi pelajaran dari kurikulum pesantren seperti Hadits, Tafsir, Qowaid Nahwu, Mahfudzot, dan lainnya. 4. Untuk mencapai keberhasilan dari model pembelajaran yang dirumuskan dan juga mencapai tujuan pendidikannya maka Pesantren Modern Daarul Uluum Lido memberlakukan Tadbir Muwahhid ISSN 2579-4876 e-ISSN 2579-3470 Volume 2 Nomor 1, April 2018 seleksi ketat untuk rekrutmen tenaga pendidik dengan syarat utama yaitu pernah menjalani pendidikan pesantren sebelumnya, sehingga syarat ini bertujuan agar semua tanaga pendidik dapat memahami dan menjalankan model pembelajaran yang telah dirumuskan dengan baik. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian, dalam menjalankan proses belajar mengajar maka selain dengan materi pelajaran juga perlu dipertimbangkan kemampuan siswa dalam menangkap banyaknya mata pelajaran di pesantren. Dengan demikian santri wajib memiliki kepercayaan diri dan kemampuan pada diri santri secara terperinci sebagai berikut. 1. Santri dapat mempelajari materi secara sistematis; 2. Santri lebih mudah memahami materi sesuai dengan tingkatannya masing-masing; 3. Santri mudah fokus pada materi pelajaran yang dihafalkan; 4. Santri dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran; 5. Santri dapat menggunakan waktu-waktu luangnya untuk menghafal; 6. Santri selalu berfikir secara aktif; 7. Santri langsung mengerti akan kesalahannya; dan 8. Santri tumbuh sikap tawadluâ yang sangat tinggi terhadap ustadznya. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta Rineka Cipta. Spradley, J. P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta Tiara Wacana. Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta Fairuz Media. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Tafsir, A. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung PT Remaja Rosda Karya. ... Several previous studies that examined the learning model basically divided into several studies discussed. Research [6] with the tittle "Model Pembelajaran Instruksional di Pesantren Modern Daarul 'Uluum Lido". In the study, it was stated that the combination of the general national curriculum and the local curriculum pesantren was formulated in the modern pesantren learning model. ...Abd SyakurHishomudin AhmadRateb AshourThis research aims to determine the Arabic curriculum model at the Markaz Arabiyah Center Foundation, Pare, Kediri. In this study, researchers used a qualitative research approach with field research methods. The subjects of this study are all lecturers and students in this institution, where researchers present data obtained from observations and interviews described by data sources. This research data is from educational institutions, community environments, and community organizations. The qualitative research approach aims to understand the meaning of conditions and situations in people's social interactions. Researchers must be directly involved to understand these conditions and phenomena. Data from this study cannot be obtained by just one field entry but must be broad in observing events that occur in the field. The data collection methods in this study were interviews, observation, and documentation. While data analysis is carried out using the analysis theory proposed by Miles and Huberman, starting with data reduction, then data presentation, and finally, concluding. The result of this study is that there are at least four curriculum modules in this institution. First, The grammar curriculum, which is the Arabic learning curriculum, is classified according to grammar subjects. Second, the Situational approach to Arabic is taught according to the student's situation. Third, the Functional approach is learning according to a general function before teaching others. Fourth, Multidimensional approach, namely teaching Arabic in terms of linguistics, communication, and cultural aspects. All modules of this curriculum are integrated into the Arabia Center SanahOdang OdangYuni LutfiyaniEksistensi pondok pesantren dalam pembelajaran bahasa Arab terlihat dari keberhasilan pondok pesantren dalam mencetak generasi muda yang mampu berbahasa Arab serta menguasai empat keterampilan berbahasa Arab secara proporsional. Dalam praktiknya, pondok pesantren menggunakan model pembelajaran yang dianggap efektif untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berbahasa Arab santri, oleh karena itu penelitian model pengembangan keterampilan berbahasa Arab di pondok pesantren penting dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model pengembangan keterampilan berbahasa Arab di pondok pesantren modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode deskriptif komparatif, jenis datanya terbagi menjadi data primer yang berupa data inti dari beberapa lokus penelitian dan data sekunder yang berupa sumber literasi yang berkaitan dengan penelitian, adapun teknik mengumpulkan datanya adalah melalui kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi, sedangkan langkah analisis datanya dimulai dari reduksi data, penyajian data, hingga pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga pondok pesantren modern yang menjadi lokus penelitian ketiganya menggunakan model imigram dalam menjalankan program kebahasaan dalam rangka meningkatkan empat keterampilan berbahasa Arab santrinya, yang pada intinya model ini mengusahakan keseimbangan antara pengetahuan kebahasaaraban santri dengan praktik berbahasa arab mereka. Penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan dalam rangka mengembangkan model pembelajaran empat keterampilan berbahasa Arab ditengah inovasi pendidikan era modern Etnografi. Yogyakarta Tiara WacanaJ P SpradleySpradley, J. P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta Tiara Wacana. Sutama. 2010.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung PT Remaja RosdakaryaM SyahSyah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung PT Remaja Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung PT Remaja Rosda KaryaA TafsirTafsir, A. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung PT Remaja Rosda Karya.
ï»żJika dalam umat bergama lain ada istilah ashram untuk Hindu atau vihara bagi umat Buddha untuk belajar filosofi agama, seni bela diri, dan meditasi, di Islam dikenal dengan istilah Pesantren. Lembaga pendidikan seperti pesantren dapat dijumpai di seluruh dunia Islam dengan istilah yang berbeda. Di Malaysia dan Thailand Selatan disebut dengan "pondok", di India dan Pakistan dikenal dengan istilah "madrasah Islamia" madrasah Islam. Sedangkan istilah bagi lembaga pendidikan Islam di sebagian besar wilayah dunia lainnya menggunakan bahasa Arab. Pengertian Pondok Pesantren Istilah "pesantren" identik dengan "santri" dan biasanya dipasangkan dengan kata "pondok" hingga menjadi satu rangkaian. Paduan tersebut menjadi "pondok pesantren" yang dalam beberapa metode dapat diterjemahkan dan memiliki pengertian lebih global dan universal. Pengertian Pondok Beberapa literatur menyebutkan bahwa, secara etimologi, kata "pondok" berasal dari bahasa Arab, yaitu funduuk ÙÙŰŻÙÙ yang memiliki arti penginapan. Kemudian dalam bahasa Indonesia diserap dan diadopsi menjadi pondok yang memiliki fungsi sebagai asrama atau tempat tinggal dengan sifat sementara. Pada awalnya pondok dibangun sendiri oleh para santri yang ingin mempelajari ilmu agama Islam. Namun sekarang pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam sudah menyediakan tempat sebagai asrama bagi santri sebagai siswa atau peserta didik. Sebagian besar pesantren menyediakan perumahan atau asrama dengan biaya rendah atau tanpa biaya untuk siswa Santri. Meskipun ada beberapa pesantren modern yang menerapkan biaya lebih tinggi, namun masih lebih murah jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan non-pesantren. Pengertian Pesantren Istilah pesantren berasal dari kata santri pe-santri-an dan mengandung arti untuk merujuk tempat bagi orang yang sedang menuntut ilmu agama Islam. Diambil dari berbagai referensi, menyebutkan bahwa kata "santri" berasal dari beberapa istilah, yaitu Cantrik dalam bahasa Sansakerta atau mungkin Jawa kuno, memiliki arti orang yang selalu mengikuti guru. Kemudian menjadi kata "santri" dan dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah "santri" juga ada dalam bahasa Tamil dan memiliki arti guru mengaji Prof. John. Shastri bahasa India, berarti orang yang tahu buku-buku suci atau sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Menurut C. C Berg, kata "shastri" menjadi cikal bakal munculnya istilah "santri". Istilah "santri" juga dianggap sebagai gabungan antara kata "saint" manusia baik yang mendapat tambahan suku kata "tra" suka menolong. Dari beberapa referensi tersebut dapat dikorelasikan dan disimpulkan tentang pengertian pesantren sebagai tempat pendidikan ilmu agama Islam melalui kajian kitab suci dengan konsep mencapai tujuan membentuk karakter manusia yang lebih baik. Pengertian Pondok Pesantren Pengertian pondok pesantren di Indonesia merujuk pada salah satu tradisi populer sistem pendidikan dan pembelajaran agama Islam secara tradisional Jawa dengan konsep boarding atau asrama. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan bagi para santri untuk membentuk karakter dan bermoral dengan mempelajari ilmu agama Islam melalui kajian kitab klasik kitab kuning dibimbing oleh kyiai. Santri pondok pesantren dipisahkan untuk laki-laki dan perempuan dibimbing oleh ustad dan/atau ustadzah sebagai guru serta dipimpin oleh Kyai. Dalam sistem kontemporer, Kyiai memiliki pengaruh besar bukan hanya di pondok pesantren, melainkan juga di lingkungan masyarakat karena dikenal dengan ketaatannya. Bahkan terkadang nama besarnya dapat membawa masa yang bisa mengantar dalam ranah politik. Garis keturunan dari pendahulunya, sebagai Kyiai yang memiliki kharisma, juga berpengaruh besar terhadap citra dari generasi penerusnya. Beberapa unsur pendukung pembelajaran dalam pondok pesantren juga disediakan, diantaranya masjid sebagai sentra tempat pembelajaran, asrama sebagai tempat tinggal santri, dan kitab-kitab agama yang berbahasa arab dan bersifat klasik kitab kuning. Pengertian Pondok Pesantren Menurut RUU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan Aktivitas pesantren sebagai bagian dari pendidikan keagamaan telah menuju pada tahap progress yang legalitasnya diakui secara formal oleh pemerintah. Hal ini ditunjukan dengan rencana pemerintah menerbitkan UU Pesantren dan Pendidikan Keagamaan. Adapun pengertian Pondok Pesantren merupakan subkultur atau lembaga berbasis masyarakat yang didirikan dengan tujuan untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, menyemaikan akhlak mulia, dan membentuk karakter pribadi yang senantiasa memegang teguh ajaran agama, merawat nilai luhur bangsa, dan memiliki orientasi menyelenggarakan pendidikan diniyah atau jenis pendidikan lain untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat dan terutama peserta didik dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama, menggerakkan dan menyiarkan dakwah Islam rahmatal lil alamin, serta sebagai lembaga pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. Keberadaan Pondok Pesantren yang juga memiliki nama lain seperti Dayah, Surau, Meunasah harus harus memenuhi paling sedikit 5 lima elemen persyaratan sebagai berikut Kyai atau sebutan lain; Santri yang mukim di Pesantren; pondok atau asrama; masjid atau mushalla; dan kajian kitab kuning atau dirasah islamiyyah. Kurikulum Pesantren Pondok pesantren adalah sistem pendidikan Islam yang umumnya dikenal dan dikategorikan sebagai sistem tradisional. Namun, ada tendensi pesantren tertentu yang mengembangkan sistem mereka dari tradisional ke dalam bentuk pendidikan modern. Dilihat dari perkembangannya, hingga saat ini, sistem pembelajaran di pondok pesantren memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas, sebagai berikut Pendidikan agama Islam yang dikelola secara tradisional maupun modern dan biasanya disebut dengan istilah "ngaji"; Kurikulum yang diakui pemerintah ada dua jenis yang berbeda untuk dipilih; pelatihan keterampilan kerja; pengembangan karakter. Kurikulum pada pondok pesantren memungkinkan memiliki beberapa komponen dengan didasarkan pada jenis atau tipe pesantrennya untuk menentukan sistem pendidikannya tradisional dan/atau modern. Kurikulum Pesantren Salaf Pada tipe pondok pesantren salaf, biasanya merupakan pendidikan non formal yang bersifat tradisional. Kurikulum pembelajaran di pesantren salaf hanya berkaitan dengan agama Islam dan menjadikan kitab-kitab klasik seperti Kitab Kuning sebagai referensi. Kurikulum Pesantren tradisional cenderung menerapkan dan mempertahankan metode pengajaran yang konvensional namun unik, seperti sorogan, bandongan, halaqah, serta mudhakarah. Materi bidang studinya dikategorikan dalam 3 golongan utama, yaitu Kitab-kitab dasar, Kitab-kitab menengah, dan Kitab-kitab besar. Penyelenggaraan pendidikan atau kurikulum pesantren pada tipe salaf sangat kuat dipengaruhi oleh pemikiran dari para ulama atau Kiyai. Kurikulum Pesantren Modern Sebagai bentuk respon terhadap modernitas, beberapa pihak penyelenggara pondok pesantren melakukan upaya desain ulang terhadap kurikuler atau kurikulum pembelajaran. Hal ini menjadi bagian dari upaya meminimalisir resiko buruk sekaligus sebagai tindakan antisipasi terhadap berpotensi bahaya dampak modernisasi pada moral. Dimulai pada paruh kedua abad ke-20, beberapa pesantren mulai menambahkan kurikulum yang diakui negara berupa mata pelajaran sekuler umum ke dalam pembelajaran di pondok pesantren. Penambahan kurikulum ini telah mempengaruhi sistem pondok pesantren tradisional dan menyebabkan kontrol yang lebih besar oleh pemerintah nasional. Di sisi lain, pesantren modern memiliki sistem pembelajaran yang dimodifikasi agar sesuai dengan kurikulum sekolah dengan menekankan objek studi Islam dan menggunakan metode pengajaran modern penuh. Pada umumnya jenis pesantren modern menambahkan dan menggunakan kurikulum dari pemerintah untuk mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Meski menggunakan kurikulum, metode pengajaran, dan manajemen kelembagaan modern, namun pondok pesantren tetap mempertahankan sistem nilai tradisional untuk kehidupan sehari-hari mereka di kampus. Mata Pelajaran Di Pondok Pesantren Sebagai institusi sosial, pesantren telah memainkan peran utama selama berabad-abad. Mereka menekankan nilai-nilai inti ketulusan, kesederhanaan, otonomi individu, solidaritas dan pengendalian diri. Pria dan wanita muda dipisahkan dari keluarga mereka, yang berkontribusi pada rasa komitmen individu terhadap iman dan ikatan erat dengan seorang guru. Pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan Alquran, khususnya melalui studi bahasa Arab, tradisi eksegesis, Hadits, fiqih dan logika dengan meliputi bidang-bidang studi atau mata pelajaran sebagai berikut Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqih, Ushul Fiqh, Tashawuf, Bahasa Arab Nahwu, Sharaf, Balagah, dan Tajwid, Mantiq, dan Akidah Akhlak. Dua jenis sistem pendidikan, yaitu kurikulum pondok pesantren dan kurikulum nasional, dilaksanakan sepanjang hari. Siswa sekaligus santri di pondok pesantren memiliki hampir 20 jam kegiatan mulai dari doa pagi jam 4 hingga tengah malam dan mengakhirinya dengan kelompok belajar di asrama. Pada siang hari, siswa mengikuti sekolah formal yang wajib sampai sekolah menengah pada 2005, seperti siswa lain di luar pesantren. Sedangkan sore dan malam hari mereka harus menghadiri ritual keagamaan dan diikuti dengan studi agama serta studi kelompok untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Meski pada setiap pesantren memiliki karakteristik dan kadar atau tingkat yang berbeda di masing-masing komponen ini, namun pada dasarnya pengembangan karakter dan moral Islam untuk santri merupakan ciri khas utama dari setiap pesantren.
To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Kehadiran sejumlah Pesantren Muhammadiyah sebagai salah satu model pendidikan Islam di Indonesia itu tidak terlepas dari upaya untuk memberikan solusi-alternatif atas kekurangmampuan pesantren tradisional menciptakan dan meningkatkan kemampuan para santri secara integral-holistik. Pesantren Muhammadiyah berupa memadukan kemampuan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik para santrinya agar mereka tidak tertinggal di bidang agama maupun ilmu pengetahuan saintifik dan keterampilan hidup Tampubolon, 2019 Kuswandi, 2020. Ichwansyah Tampubolon meneliti tentang trilogi system pendidikan pesantern di Muhammadiyah. ...... Sistem Islamic Boarding School dapat dipandang sebagai rekonstruksi sistem sekolah Muhammadiyah konvensional atau berwujud "postmodernisasi sekolah-sekolah Muhammadiyah". Sementara itu, sistem takhassus Ma`had Ăly, dalam tataran tertentu, merupakan wujud neo-postmodernisme Tampubolon, 2019. Anisa Rizkiani melakukan kajian tentang pengaruh sistem boarding school di Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut yang menyimpulkan bahwa pengaruh sistem boarding school terhadap pembentukan karakter peserta didik di Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut sangat tinggi Rizkiani, 2012. ...Muhibuddin MuhibuddinAsrul AsrulSefrila Manda SariHamdani HamdaniThe challenges of Islamic boarding schools in the era of globalization and modernization are changing rapidly because of the urgency of these challenges. Although the intensity and form of pesantren are not the same as one another, this reality impacts the existence of the continuity of the pesantren, the role and achievement of the goals of the pesantren, as well as the public's view of this institutionalized education. This type of research uses a qualitative approach with a case study type at the Modern Muhammadiyah Islamic Boarding School in Kuala Madu Langkat, North Sumatra. Data collection techniques through observation, interviews, and documentation, as well as using qualitative analysis techniques. The results of this study conclude that the efforts of the Modern Muhammadiyah Islamic Boarding School Kwala Madu Langkat, North Sumatra, in improving life skills are pretty reasonable, namely, by carrying out three stages, namely 1 habituation, 2 assignment, 3 training with language development programs such as giving vocabulary, muhadtsah, muhadara, as well as activities that support extracurricular activities, namely Tahfidz al-Qur'an, calligraphy, sports, sewing and so on. These three stages are carried out with the characteristics and abilities of the students who want to be developed.... Pendidikan pesantren Darul Arqom Patean merupakan pesantren Muhammadiyah bersistem Islamic boarding schools MBS dengan menggunakan pola Kulliyatul Muallimin al-Islamiyyah KMI, yaitu pola pendidikan santri selama 24 jam di dalam komplek pondok pesantren dengan berbagai kegiatan pembelajaran yang terstrukur baik yang bersifat klasikal maupun non klasikal Tampubolon, 2019. KMI di pesantren Darul Arqom Patean ditempuh selama 7 tahun, yaitu enam tahun ditempuh melalui pendidikan formal di pondok 172 Jurnal Tarbiyatuna Vol. 10 No. 2 2019 dari MTs sampai MA/SMK., dan 1 tahun merupakan masa pengabdian di luar pondok, yang dikirim ke berbagai daerah bahkan sampai ke luar jawa. ...... Pesantren al-Mu'min Tembarak merupakan pondok pesantren Muhammadiyah yang bersistem Islamic Boarding Schools Pitoyo, 2016, yang menganut pola Kulliyatul Mualimin al-Islamiyah KMI sebagaimana pola pondok modern pada umumnya. System kulliyatul Muallimin al-Islamiyah KMI adalah pola pendidikan dan pengasuhan santri selama 24 jam Tampubolon, 2019. Dan kegiatan belajar di pesantren ini menganut dua pola yaitu jadual harian sekolah dan jadual harian asrama/kesantrian. ...This research is about theopreneurship of pesantren. Theopreneurship is a relatively new study in the academic world, namely entrepreneurship based on religious values, which is rather different from entrepreneurship studies in general. This research is a descriptive analysis; for collecting data using the in-depth interview method and Focus Group Discussion FGD. From the research it was found that the two pesantren of Muhammadiyah, namely al-Mu'amin Tembarak and Darul Arqom Patean used the Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyyah KMI model in the management of student learning, namely daily learning management for students for 24 hours of full day in the boarding schools. For the development of theopreneurship, Darul Arqom Patean uses the organizational culture formed in the pesantren environment, namely business development through a business division that was formed institutionally and the development of santri entrepreneurship motivation through the Darul Arqom Organization students OSDA. Meanwhile, pesantren al-Mu'min Tembarak, entrepreneurship development has not yet become an organizational culture, pesantren is still looking for models and forms. For the development of the entrepreneurial ethos of students carried out through the organizational culture of the Muhammadiyah Student Association IPM.... Bahkan Muhammadiyah sendiri menjadikan level mu'allimin ini sebagai sarana pengkaderan bagi pelanjut generasi dakwah dana jama'ahnya Azhar et al., 2016. Selain itu, Muhammadiyah juga memiliki trilogi pendidikan yang dianut dalam penerapan kurikulum keilmuan di sekolahsekolah yang mereka miliki Tampubolon, 2019. ...Zilal Afwa AjidinAsep AjidinProgram pendidikan Islam telah berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka. Namun secara de facto masih mengalami pasang surut dalam penerapannya. Pada penelitian ini, penulis membandingkan dua organisasi masyarakat Islam yakni Muhammadiyah dan Persatuan Islam, dengan mengambil studi kasus yakni Muâallimin Muhammadiyah Yogyakarta dan Muâallimin Persatuan Islam Tarogong Garut. Sampel tersebut diambil karena keduanya merupakan muâallimin terbesar dari masing-masing organisasi masyarakat Islam tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana model pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh sekolah tersebut dalam menghadapi tantangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua muâallimin tersebut memiliki model yang cukup berbeda dalam menjalankan kurikulumnya. Namun memiliki kesamaan dalam hal visi misi yakni menciptakan pengajar agama Islam yang mampu beradaptasi bagi lingkungannya. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah masing-masing muâallimin mampu menjadi sekolah unggulan di lingkungan masing-masing dengan sistem yang diterapkannya. Model pendidikan agama Islam kedua muâallimin tersebut ialah model organisme. Keywords Model Pendidikan Islam, Muhammadiyah, Persatuan Islam... The intellectualism relationship between NU and Muhammadiyah is considered successful Al-Barbasy, Amar, Santoso, & Ikhwan, 2004. Up to now, Muhammadiyah has established around 180 pesantren Tampubolon, 2019. ... Iwan KuswandiKata Kunci Konsep AkhlakIbn Miskawaih, Al-GhazaliPesantren MuhammadiyahStudies of Ibn Miskawaih and al-Ghazali thought are at all times thought-provoking. Even though both of them are figures from the same religion, their concepts have similarities and differences which stimulate lengthy discussion. This paper examined how the concept of moral according to Ibn Miskawaih and al-Ghazali and analyzed how relevant it is to the philosophy of Muhammadiyah pesantren. Ibn Miskawaih was a more open figure to Western philosophical thinking. It made him more rational than al-Ghazali. Al-Ghazali, the pioneer of Sunni Sufism, repeatedly criticized Western philosophical thinking as his approach was mystical tradition. Rational ethics of Ibn Miskawaih are considered relevant to modernism today; while Al-Ghazali's mystical ethics has become the major influence and earned good reputation among Muslims, especially within the pesantren community. Thus, it was reasonable that Ibn Miskawaih was given the title of the Third Teacher al-Muallim al-Tsalits and al-Ghazali was given the title of hujjah al-Islam. The conception of these two figures has special relevance to the philosophy of Muhammadiyah pesantren across Indonesia. Ibn Miskawaih conception is considered relevant to the efforts of integrating general knowledge and religion, which is carried out by the Muhammadiyah pesantren. On the other hand, the conception of al-Ghazali's which originated from the Qur'an and the Sunnah is very relevant to the Islamic spirit of Muhammadiyah. It means that Ibn Miskawaih conception is epistemologically in line with the integration of education in the Muhammadiyah pesantren, while al-Ghazali's conception is considered ontologically relevant, because it prioritized the reference of the Qur'an and the Sunnah. The axiological value of education in the Muhammadiyah pesantren lies in logical reason, the Qur'an and the Sunnah. Abstrak. Kajian tentang pemikiran Ibn Miskawaih dan al-Ghazali tentu akan selalu menarik, meskipun keduanya sama-sama tokoh dari agama yang sama, namun tetap saja ada sisi menarik menyangkut persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Tulisan ini mengkaji tentang bagaimana corak konsepsi akhlak menurut Ibn Miskawaih dan al-Ghazali, serta menganalisis bagaimana relevansinya dengan filsafat pesantren Muhammadiyah. Setelah dilakukan kajian kritis, ditemukan bahwa Ibn Miskawaih adalah tokoh yang lebih terbuka dengan pemikiran filsafat Barat, sehingga lebih rasional. Sedangkan al-Ghazali pioneer tasawuf sunni, yang dengan penuh keyakinan-diri mengkritik pemikiran filofof Barat, sehingga bercorak pada tradisi mistik. Etika rasional Ibn Miskawaih, misalnya dianggap relevan dengan modernisme saat ini. Etika mistik al-Ghazali, memliki pengaruh dan reputasi tersendiri di kalangan umat Islam, terutama di dalam komunitas pesantren. Maka wajar kalau kemudian Ibn Maskwaih diberi gelar sebagai Guru Ketiga al-Muallim al-Tsalits. Sedangkan al-Ghazali dikenal sebagai hujjah al-Islam. Pemikiran kedua tokoh ini memiliki relevansi dengan pesantren Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Pemikiran Ibn Miskawaih dianggap relevan dengan upaya integrasi pengetahuan umum dan agama yang dilakukan oleh pesantren Muhammadiyah, sedangkan konsep pemikiran al-Ghazali yang bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah, tentu relevan sekali dengan semangat keislaman Muhammadiyah. Dengan kata lain, relevansi pemikiran Ibn Miskawaih sesuai dengan integrasi pendidikan di pesantren Muhammadiyah di sektor epistemologis, sedangkan secara ontologi, pemikiran al-Ghazali lah yang dianggap relevan, karena sama-sama mengutamakan sumber al-Qur'an dan Sunnah. Adapun nilai aksiologi pendidikan di pesantren Muhammadiyah terletak pada penempatan akal dan sumber agama Islam, al-Qur'an dan Sunnah.... Meskipun Muhammadiyah sebagai organisasi yang memiliki ciri khas di bidang pendidikan berkemajuan, namun ternyata akhirnya organisasi ini juga ikut serta meramaikan dalam pendidikan pesantren. Sampai saat ini, Muhammadiyah telah mendirikan sekitar 180 pesantren Tampubolon, 2019 Febriansyah et al., 2013;Kuswono, 2013. ... Iwan KuswandiThis paper examined the dynamics of pesantren education within Muhammadiyah. This study used a conceptual research approach. There are three main topics being discussed in this paper, namely the context of use, periodization and continuity. The study found that Muhammadiyah and pesantren seems to be two contradictory poles. While Muhammadiyah is known for its modernity, pesantren is known as a traditional religion institution. However, both Muhammadiyah and pesantren can be united in one obsession. It was started by Kiai Dahlans criticism about pesantren system, which then criticized back by Kiai Fachriuddin who later adopted pesantren system for use in the organization. The dynamics of pesantren in Muhammadiyah were found in the wide range variety of pesantren models its developed, namely integral system, takhassus, boarding school systems, and modern pesantren. Abstrak Tulisan ini mengkaji tentang dinamika pendidikan pesantren di dalam organisasi Muhammdiyah. Penelitian ini merupakan library research dengan jenis penelitian konsep. Penelitian ini berfokus pada tiga hal, yaitu konteks penggunaan, periodisasi dan kesinambungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini Muhammadiyah dan pesantren tampak membicarakan dua kutub yang berbeda. Muhammadiyah dikenal lebih modern, sedangkan pesantren dianggap lembaga tradisional. Meski demikian, keduanya dapat menyatu dalam satu obsesi. Hal ini berawal dari kritik Kiai Dahlan terhadap sistem pesantren yang kemudian mendapat autokritik dari Kiai Fachruddin. Kiai Fachruddin kemudian memasukkan sistem pesantren dalam organisasi Muhammadiyah. Dinamika pesantren di Muhammadiyah dapat ditemukan dari beragam model pesantren dalam Muhammadiyah, yaitu sistem integral, takhassus, sistem boarding school, serta ada yang menggunakan istilah pesantren WahyuniIndonesia memiliki dua organisasi besar yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dimana organisasi tersebut memiliki perbedaan paham dan pemikiran, salah satu contohnya dalam konsep yang digunakan pada lembaga pendidikan yang dimilikinya misalnya pesantren. Pesantren di Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama terdapat perbedaan dalam focus sistem pendidikan serta kajiaanya. Untuk metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan library research, dimana pertama yang dilakukan mencari sejumlah buku, jurnal dan hasil penelitian kemudian membaca dan menelaahnya. Dan hasil penelitian ini sejarah lembaga pendidikan islam di Indonesia, konsep lembaga pendidikan di pesantren Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dapat diketahui letak perbedaanya itu number of pesantren Muhammadiyah has increased dramatically in recent years. Therefore, a mapping of pesantren Muhammadiyah research is required to find the trend of publications, article citations, publishers, and keywords. Through bibliometric studies, this article seeks to identify and analyze pesantren Muhammadiyah's studies published in reputable journals between 2011 and 2020. The mind-mapping method used in this study consisted of four stages first, searching articles from the Google Scholar database using the Publish or Perish PoP applications. Second, papers are filtered. Third, double-check and complete the paper metadata. Fourth, arranging bibliometric analysis using the VOSviewer. The investigation yielded four conclusions first, Pesantren Muhammadiyah publication trends yearly. The study revealed an improving publication trend; second, the scope of religious awareness received the most citations in pesantren Muhammadiyah articles; third, the most reports on pesantren Muhammadiyah and its publisher. The most frequently cited journal is Jurnal Tarbiyatuna, the most commonly cited publisher is Universitas Muhammadiyah Makassar, and the most frequently cited author keywords in pesantren Muhammadiyah articles are Universitas Muhammadiyah Makassar. The most widely used keyword term by authors is pesantren Muhammadiyah. The findings of this study, the number of publications in pesantren Muhammadiyah increased, and the number of citations decreased. Ilham UM SumbarHakiman IlhamWastonNowadays, the declining moral values that have plagued our society cannot be separated from the ineffectiveness of instilling moral values, both in the family, school, boarding schools, and society as a whole. It is necessary to instill cultural values in the education environment as a sub-culture which is the existence of character building. This paper aimed to describe the cultural values of Muhammadiyah Boarding School and its benefits for the life of the students. This study was a qualitative study using a case study approach with the location of the Senior High School of Muhammadiyah Sains Trensains Sragen, Central Java, Indonesia. The data collection technique was carried out through in-depth interviews with three informants, observation on the interaction of students with students, students with the instructor of the Boarding School, students and ustadz/ustadzah teachers, documentations through the Trensains guiding book, photos, and social media. The results of this study indicated that the cultural values carried out in the Trensains environment were independence values, leadership values, disciplinary values, environmental care values, ukhuwah fraternity/brotherhood and family values, scientific and expertise values, and research and natural observation values. These cultural values provided the benefits for the character building of students in the boarding school environment. This study is expected to be input for the Boarding School Development Institute, Muhammadiyah Central Management which is developing nationally the cultural values contained in the Muhammadiyah Boarding School Sanur TarihoranMuhamad ReziOne of the great traditions in Islamic education institutions in Indonesia is teaching by transmitting Islamic values as found in classical books written centuries ago. The majority in Indonesia, the classic book is better known as the Kitab Kuning. Teaching with the Kitab Kuning is usually done in Islamic Boarding Schools. Examining Kitab Kuning requires qualified Arabic language skills at least passively. Unfortunately, not all Islamic boarding schools that have a variety of superior programs in certain fields, are weak in the field of studying Kitab Kuning. One of them is the Islamic Boarding School Mu'allimin Muhammadiyyah Sawah Dangka which has the flagship Tahfizh Alquran program but is weak in the study of Kitab Kuning. One of the main factors is the lack of adequate quality of human resources. For this reason, this community service activity aims to provide training while introducing new, lightweight methods in learning Arabic, namely the Bihaqatil Jumal method. This method emphasizes learning Arabic using the right brain. After a series of community service activities, teachers and Islamic boarding schools felt helped and gained new experiences in learning Arabic methods to study Kitab Kuning. In addition, both the assisted object and the resource person requested that this kind of community service be Character education is still the main problem in national education, Pesantren as Islamic educational institution with a long history in realizing the goal of national education is still strong. The excellence of Pesantren in the aspect of internalizing Islamic values that is comprehensively designed relevant with local traditions. In general, they only held general activities with the intention of being limited to the program's implementation. Until this stage, they do not yet have an effective method of internalization. This study aims to find and develop boarding school internalization methods based on boarding management. The method used is a qualitative approach case study type. The results showed that the internalization of Pesantren values was carried out through hostel management with planning, organizing, actuating, and evaluating daily activities that took place at the hostel. The values reflected in the sustainability activities at the hostel were orderly and implemented with full responsibility by the board hostel and students. Internalization of values managed by the hostel management approach becomes an effective and efficient means of achieving Pesantren goals. Keywords internalization of value; hostel management; pesantren management Abstrak Pendidikan karakter masih menjadi problem pokok dalam pendidikan nasional, Pesantren masih kukuh sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sejarah yang panjang dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Keunggulan pendidikan pesantren pada aspek internalisasi nilai-nilai Islam yang didesain secara komprehensif relevan dengan tradisi lokal. Pada umumnya Pesantren menyelenggarakan kegiatan normatif dengan maksud terbatas pada keterlaksanaan program. Sampai pada tahapan ini, pesantren belum memiliki metode internalisasi nilai yang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan metode internalisasi pesantren berbasis manajemen asrama. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif jenis studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa internalisasi nilai-nilai pesantren dilakukan melalui manajemen asrama dengan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan evaluasi kegiatan-kegiatan harian yang berlangsung di asrama. Nilai-nilai pesantren direfleksikan dalam keberlangsungan kegiatan-kegiatan di asrama yang tertib dan dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab oleh pengurus asrama dan santri. Internalisasi nilai-nilai yang dikelola dengan pendekatan manajemen asrama menjadi sarana yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pesantren. Kata kunci Internalisasi nilai; manajemen asrama; manajemen pesantrenPesantren Mahasiswa KH. Sahlan Rosyidi Unimus Semarang; Pesantren Darul Falah Lasem Rembang; Pesantren Modern MBS PurworejoBaratBarat. Pesantren Mahasiswa KH. Sahlan Rosyidi Unimus Semarang; Pesantren Darul Falah Lasem Rembang; Pesantren Modern MBS Purworejo;Mas Mansur Muhammadiyah Wanasari BrebesPondok PesantrenPondok Pesantren KH. Mas Mansur Muhammadiyah Wanasari Brebes;Bandingkan KarelA SteenbrinkBandingkan Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern, Jakarta LP3ES, 1994.Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren. Yogyakarta Pustaka PelajarAhmad MutoharNurul Dan AnamMutohar, Ahmad dan Anam, Nurul. Manifesto Modernisasi Pendidikan Islam dan Pesantren. Yogyakarta Pustaka Pelajar, dan Pengabdian MuhammadiyahYusuf PuarAbdullahPuar, Yusuf Abdullah. Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah. Jakarta Pustaka Antara, 1989Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun ModernKarel A SteenbrinkSteenbrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah, Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern. Jakarta LP3ES, Hamzah dkk., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren ModernWirosukartoWirosukarto, Amir Hamzah dkk., KH. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern. Ponorogo Gontor Press, 1996.
Sistem Pembelajaran Yang Dilaksanakan Di Pesantren â Pendidikan adalah upaya mewariskan nilai-nilai luhur, pendidikan akan menjadi penentu bagi nasib umat manusia. Terdapat banyak hal lembaga pendidikan Indonesia, baik itu yang formal atau non formal selalu eksis dan ikut dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa seperti lembaga pendidikan pondok pesantren. Diketahui pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di negeri ini yang sifatnya non formal. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga yang telah mampu membawa pengaruh cukup besar, karena sumber nilai dan norma-norma agama merupakan kerangka acuan dan berpikir serta sikap ideal para santri sehingga pesantren sering disebut sebagai alat transformasi kultural yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan, dakwah kemasyarakatan bahkan sebagai lembaga perjuangan. Dalam sejarahnya, pondok pesantren mempunyai perjuangan yang berperan penting dalam mencerdaskan masyarakat Indonesia pra kemerdekaan dan perjuangan dalam kemerdekaan. Berbicara soal pendidikan pesantren sangatlah unik, sebab mempunyai sistem yang tidak hanya berbicara soal pembelajaran saja tetapi mempunyai sisi yang membedakan dengan pendidikan formal lainnya yaitu pada nilai yang mengusung pandang hidup dan tata nilai tentang cara hidup, dan hal yang berkaitan dalam masyarakat. Walaupun dinilai lembaga pendidikan pondok pesantren terkesan tradisional dan bahkan tertutup namun pada tahun 2020 ternyata menurut Menteri Agama Fachrul Razi menyebutkan peminat untuk mengikuti pondok pesantren semakin bertambah dengan jumlah pondok 28 ribu dan untuk santri terdapat 18 juta. Belajar mengajar pondok pesantren juga mempunyai sistematika yang berbeda dimana ditemui sistem pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang dari tingkat ke tingkat, tanpa terlihat kesudahnnya. Terkadang apa yang diajarkan dalam pondok pesantren ditemui pada tahun sebelum dan sesudahnya, walaupun buku pelajaran yang dipakai itu berbeda. Sistem Pembelajaran di Pesantren Berbicara soal sistem pembelajaran di pesantren berarti berarti berbicara soal metode-metode pembelajaran yang dilakukan ditempat tersebut. Diketahui bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang tradisional yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipakai dalam institusi pesantren. Selain itu terdapat metode pembelajaran yang mengikut pembaharuan zaman. Diketahui untuk metode pembelajaran yang biasa dilakukan di pesantren adalah metode bandungan, sorogan dan wetonan. Sedangkan untuk metode pembelajaran hasil pembaharuan sejalan dnegan perkembangan zaman adalah metode klasikal. Adapun penjelasan metode pembelajaran di pesantren dan berbagai metode lainnya adalah 1. Metode Sorogan Metode yang terdiri dari kata Sorog jawa yang artinya menyodorkan, yang dimana metode pembelajaran ini adalah setiap santri secara individu berhadapan dan menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya yakni badal asisten Kyai. 2. Metode Wetonan Metode ini juga disebut Bandongan yang metode pembelajarannya ini adalah metode kolektif yang mendengarkan Kyai membaca, menerjemahkan, memerangkan dan mengulas teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat dengan posisi santri menyimak dan mendengarkan dengan cara mengelilingi Kyai. 3. Metode Klasikal Metode pembelajaran dengan penerapan sistem baru dengan mengintrodusir metode yang berkembang di masyarakat modern yang bersifat formalistik yang teratur dan prosedural dengan mempunyai kurikulum, tingkatan dan kegiatan. 4. Metode Hapalan Metode yang kegiatan belajar santri dengan menghapal suatu teks dibawah bimbingan dan pengawasan Kya/Ustadz yang para santri diberi tugas untuk menghapal bacaan dalam jangka waktu tertentu yang kemudian dihapalkan di hadapan Kyai/ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan. 5. Metode Demonstrasi Metode ini adalah cara pembelajaran pesantren dengan memperagakan atau mempraktikkan keterampilan yang bisa dilakukan secara individu atau kelompok melalui petunjuk dan bimbingan dari Kyai/Ustadz. 6. Metode Pengajian Pasaran Metode dimana sekelompok santri mengkaji materi kitab tertentu pada seorang Kyai/Ustadz yang umumnya dilakukan pada setengah bulan Ramadhan atau tergantung pada besarnya kitab yang dikaji yang target utamanya adalah selesainya kitab yang dipelajari. 7. Metode Muhawarah Metode berlatih berbahasa Arab oleh seluruh santri yang dilakukan pada waktu tertentu seperti satu kali atau dua kali dalam selinggu yang digabungkan dengan latihan muhadhoroh yang tujuannya melatih keterampilan anak didik berpidato. Demikianlah informasi mengenai topik yang berjudul Jelaskan Sistem Pembelajaran Yang Dilaksanakan Di Pesantren? Ini Metodenya. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terima kasih. Salam berbagi teman-teman.
Berbagai macam lembaga pendidikan di Indonesia, baik lembaga pendidikan formal maupun non formal, senantiasa eksis dan ikut serta berperan dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Salah satu lembaga pendidikan tersebut adalah pondok pesantren yang merupakan sebuah lembaga non formal yang merupakan lembaga pendidikan tertua di negeri ini yang masih memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Pondok pesantren merupakan sebuah sistem yang unik, tidak hanya unik dalam hal pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh, serta semua aspek-aspek kependidikan dan kemasyarakatan lainnya. Dari sistematika pengajaran, dijumpai sistem pelajaran yang berulang-ulang dari tingkat ke tingkat, tanpa terlihat kesudahannya. Persoalan yang diajarkan seringkali pembahasan serupa yang diulang-ulang dalam jangka waktu bertahun-tahun, walaupun buku teks yang dipergunakan berlainan. Dalam keputusan Musyawarah/ Lokakarya intensifikasi Pengembangan pondok pesantren yang diselenggarakan pada tanggal 2 s/d 6 Mei 1978 di Jakarta tentang pondok pesantren diberikan batasan sebagai berikut Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang minimal terdiri dari tiga unsur yaitu Kyai/ syekh/ ustadz yang mendidik serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid. Kegiatannya mencakup Tri Dharma Pondok Pesantren yaitu keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT; pengembangan keilmuan yang bermanfaat; dan pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.[1] Metode pembelajaran di pesantren ada yang bersifat tradisional, yaitu metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan-kebiasaan yang telah lama dipergunakan dalam institusi pesantren atau merupakan metode pembelajaran asli pesantren. Ada pula metode pembelajaran baru tajdid, yaitu metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pesantren dengan mengintrodusir metode-metode yang berkembang di masyarakat modern. Penerapan metode baru juga diikuti dengan penerapan sistem baru, yaitu sistem sekolah atau klasikal Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007 453. Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama bandungan, sorogan, dan wetonan. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya. Sejalan dengan perkembangan zaman, lembaga pendidikan pesantren juga tidak menutup diri untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan baik metode maupun teknis dalam pelaksanaan pendidikan pesantren itu sendiri. Meskipun demikian tidak semua pesantren mau membuka mengadakan inovasi serta pembaharuan terhadap metode pembelajaran yang ada. Pada awal berdirinya pondok pesantren, metode yang digunakan adalah metode wetonan dan sorogan bagi pondok non klasikal. Pada perkembangan selanjutnya metode pembelajaran pondok pesantren mencoba untuk merenovasi metode yang ada tersebut untuk mengembangkan pada metode yang baru yaitu metode klasikal. Kyai bertugas mengajarkan berbagai pengajian untuk berbagai tingkat pengajaran di pesantrennya, dan terserah kepada santri untuk memilih mana yang akan ditempuhnya. Kalau santri ingin mengikuti semua jenis pengajian yang diajarkan, sudah tentu akan membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi keseluruhan struktur pengajaran tidak ditentukan oleh panjang atau singkatnya masa seorang santri mengaji pada Kyainya, karena tidak adanya keharusan menempuh ujian dari Kyainya. Satu-satunya ukuran yang digunakan adalah ketundukannya kepada sang Kyai dan kemampuannya untuk memperoleh ângelmuâ dari sang Kyai.[2] Di samping kurikulum pelajaran yang sedemikian fleksibel luwes, keunikan pengajaran di pesantren juga dapat ditemui pada cara pemberian pelajarannya, juga dalam penggunaan materi yang telah diajarkan kepada dan dikuasai oleh para santri. Pelajaran diberikan dalam pengajian yang berbentuk seperti kuliah terbuka. Di samping itu, mata pelajaran yang diajarkan bersifat aplikatif, dalam arti harus diterjemahkan dalam perbuatan dan amal sehari-hari, sudah tentu kemampuan para santri untuk mengaplikasikan pelajaran yang diterimanya, menjadi perhatian pokok sang Kyai.[3] Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang kompleks, maka hampir tidak mungkin untuk menunjukkan dan menyimpulkan bahwa suatu metode tertentu lebih unggul daripada metode yang lainnya dalam usaha mencapai semua tujuan pembelajaran. B. Pengertian Model Pembelajaran Pesantren Secara etimologis, metode berasal dari kata âmetâ dan âhodesâ yang berarti melalui. Sedangkan secara terminologi, metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adapun metode yang digunakan di lingkungan pondok pesantren antara lain, seperti tersebut di bawah ini dengan penyesuaian menurut situasi dan kondisi masing-masing 4. Metode pemberian situasi 6. Metode problem solving 14. Metode berdasarkan teori 15. Metode hafalan/ verbalisme 18. Metode dengan sistem modul Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu 1. Metode yang bersifat tradisional salaf, yakni metode pembelajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pembelajaran asli original pondok pesantren. 2. Metode pembelajaran modern tajdid, yakni metode pembelajaran hasil pembaharuan kalangan pondok pesantren dengan memasukkan metode yang berkembang pada masyarakat modern, walaupun tidak diikuti dengan menerapkan sistem modern, seperti sistem sekolah atau madrasah.[4] Pada umumnya pembelajaran di pesantren mengikuti pola tradisional, yaitu model sorogan dan model bandongan. Baik dengan model sorogan maupun bandongan keduanya dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan pembacaan tarjamah, syarah dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian semantik. Kyai sebagai pembaca dan penerjemah, bukanlah sekadar membaca teks, melainkan juga memberikan pandangan-pandangan interpretasi pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya. Kedua model pengajaran ini oleh sementara pakar pendidikan dianggap statis dan tradisional. Secara teknis, model sorogan bersifat individual, yaitu santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Sedangkan model bandongan weton lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai menerangkan pelajaran secara kuliah dengan terjadual. C. Macam-Macam Model Pembelajaran Pesantren Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang menjadi ciri utama pembelajaran di pesantren salafiyah Sorogan berasal dari kata sorog bahasa jawa, yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan Kyai atau pembantunya badal, asisten Kyai. Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.[5] Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk Kyai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Setelah Kyai atau ustadz membacakan teks dalam kitab kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-sanri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh Kyai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil. Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara face to face antara Kyai dan santri. Keunggulan metode ini adalah Kyai secara pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang Kyai. Kelemahannya adalah metode ini membutuhkan waktu yang sangat banyak. Meskipun sorogan ini dianggap statis, tetapi bukan berarti tidak menerima inovasi. Malah menurut Suyoto, metode ini sebenarnya konsekuensi daripada layanan yang ingin diberikan kepada santri. Berbagai usaha dewasa ini dalam berinovasi dilakukan justru mengarah kepada layanan secara indivual kepada anak didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian serta kecakapan seseorang.[6] Mastuhu memandang bahwa sorogan adalah metode mengajar secara indivividual langsung dan intensif. Dari segi ilmu pendidikan, metode ini adalah metode yang modern karena antara Kyai dan santri saling mengenal secara erat. Kyai menguasai benar materi yang seharusnya diajarkan, begitu pula santri juga belajar dan membuat persiapan sebelumnya. Metode sorogan dilakukan secara bebas tidak ada paksaan, dan bebas dari hambatan formalitas.[7] 2. Metode Wetonan/ Bandongan Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu bahasa jawa yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat disebut dengan bandongan. Pelaksanaan metode ini yaitu Kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa harakat gundul. Santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing melakukan pendhabitan harakat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar dapat membantu memahami teks. Metode bandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif yang dilakukan di pesantren.[8] Disebut weton karena berlangsungnya pengajian itu merupakan inisiatif Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama kitabnya. Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari Kyai dalam pengajian itu disebut halaqoh. Prosesnya adalah Kyai membaca kitab dan santri mendengarkan, menyimak bacaan Kyai, mencatat terjemahan serta keterangan Kyai pada kitab atau biasa disebut ngesahi atau njenggoti.[9] H. Abdullah Syukri Zarkasyi, memberikan definisi tentang metode bandongan, yaitu âDi mana Kyai membaca kitab dalam waktu tertentu, santri membawa kitab yang sama, mendengarkan dan menyimak bacaan Kyaiâ.[10] Sedangkan Nurcholis Madjid memberikan definisi tentang metode weton. Menurutnya, âweton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu maupun lebih-lebih lagi kitabnyaâ.[11] Senada dengan hal di atas, Hasbullah mendefinisikan tentang metode wetonan, menurutnya[12] Metode wetonan adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang Kyai yang membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. Zamakhsyari Dhofier juga memberikan definisi tentang metode bandongan, menurutnya[13] Dalam sistem ini sekelompok murid antara 5 sampai 500 mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran bandongan sama dengan metode wetonan maupun halaqah. Dalam model pembelajaran ini, santri secara kolektif mendengarkan dan mencatat uraian yang disampaikan oleh Kyai, dengan menggunakan bahasa daerah setempat, dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, materi kitab dan tempat sepenuhnya ditentukan oleh Kyai. Keunggulan metode ini adalah lebih cepat dan praktis sedangkan kelemahannya metode ini dianggap tradisional. Biasanya metode ini masih digunakan pada pondok-pondok pesantren salaf. 3. Metode Musyawarah/ Bahtsul Masa'il Metode musyawarah atau dalam istilah lain bahtsul masa'il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh Kyai atau ustadz, atau mungkin juga senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya.[14] Dalam pelaksanaannya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau pendapatnya. Kegiatan penilaian oleh Kyai atau ustadz dilakukan selama kegiatan musyawarah berlangsung. Hal-hal yang menjadi perhatiannya adalah kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta yang meliputi kelogisan jawaban, ketepatan dan kevalidan referensi yang disebutkan, serta bahasa yang disampaikan dapat mudah difahami oleh santri yang lain. Hal lain yang dinilai adalah pemahaman terhadap teks bacaan, juga kebenaran dan ketepatan peserta dalam membaca dan menyimpulkan isi teks yang menjadi persoalan atau teks yang menjadi rujukan.[15] 4. Metode Pengajian Pasaran Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi kitab tertentu pada seorang Kyai/ ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah bulan, dua puluh hari atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang dikaji. Metode ini lebih mirip dengan metode bandongan, tetapi pada metode ini target utamanya adalah selesainya kitab yang dipelajari. Jadi, dalam metode ini yang menjadi titik beratnya terletak pada pembacaan bukan pada pemahaman sebagaimana pada metode bandongan. 5. Metode Hapalan Muhafazhah Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghapal suatu teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan Kyai/ustadz. Para santri diberi tugas untuk menghapal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan yang dimiliki santri ini kemudian dihapalkan di hadapan Kyai/ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk Kyai/ustadz yang bersangkutan.[16] Materi pelajaran dengan metode hapalan umumnya berkenaan dengan Al Qurâan, nazham-nazham nahwu, sharaf, tajwid ataupun teks-teks nahwu, sharaf dan fiqih. 6. Metode Demonstrasi/ Praktek Ibadah Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan meperagakan mendemonstrasikan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan Kyai/ustadz. dengan kegiatan sebagai berikut - Para santri mendapatkan penjelasan/ teori tentang tata cara pelaksanaan ibadah yang akan dipraktekkan sampai mereka betul-betul memahaminya. - Para santri berdasarkan bimbingan para Kyai/ ustadz mempersiapkan segala peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk kegiatan praktek. - Setelah menentukan waktu dan tempat, para santri berkumpul untuk menerima penjelasan singkat berkenaan dengan urutan kegiatan yang akan dilakukan serta pemberian tugas kepada para santri berkenaan dengan pelaksanaan praktek. - Para santri secara bergiliran/ bergantian memperagakan pelaksanaan praktek ibadah tertentu dengan dibimbing dan diarahkan oleh Kyai/ ustadz sampai benar-benar sesuai kaifiat tata cara pelaksanaan ibadah sesungguhnya. - Setelah selesai kegiatan praktek ibadah para santri diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang dipandang perlu selama berlangsung kegiatan.[17] Muhawarah adalah suatu kegiatan berlatih dengan bahasa Arab yang diwajibkan oleh pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok. Beberapa pesantren, latihan muhawarah atau muhadasah tidak diwajibkan setiap hari, akan tetapi hanya satu kali atau dua kali dalam seminggu yang digabungkan dengan latihan muhadhoroh atau khitobah, yang tujuannya melatih keterampilan anak didik berpidato. Mudzakarah merupakan suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyah seperti ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya. Dalam mudzakarah tersebut dapat dibedakan atas dua tingkat kegiatan - Mudzakarah diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan tujuan melatih para santri agar terlatih dalam memecahkan persoalan dengan mempergunakan kitab-kitab yang tersedia. Salah seorang santri ditunjuk sebagai juru bicara untuk menyampaikan kesimpulan dari masalah yang didiskusikan - Mudzakarah yang dipimpin oleh Kyai, dimana hasil mudzakarah para santri diajukan untuk dibahas dan dinilai seperti dalam suatu seminar. Biasanya lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab.[18] D. Pengembangan Model Pembelajaran Pesantren Dalam upaya pengembangan model pembelajaran di pesantren, yang menjadi pertimbangan bukan upaya untuk mengganti metode sorogan menjadi model perkuliahan sebagaimana sistem pendidikan modern, melainkan merenovasi sorogan menjadi sorogan yang mutakhir gaya baru. Dimaksudkan sorogan yang mutakhir ini sebagaimana praktik dosen-dosen selama ini. Mereka mengajar kuliah dengan model sorogan. Mahasiswa diberi tugas satu persatu pada waktu tatap muka yang terjadual, setelah membaca diadakan pembahasan dengan cara berdialog dan berdiskusi sampai mendapatkan pemahaman yang jelas pada pokok bahasan.[19] Sejalan dengan itu, tampaknya perlu dikembangkan di pesantren model sorogan gaya mutakhir ini sebagai upaya pengembangan model pengajaran. Sudah barang tentu akan lebih lengkap apabila beberapa usulan metode sebagai alternatif perlu dipertimbangkan, seperti metode ceramah, kelompok kerja, tanya-jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, widya wisata, dan simulasi.[20] Metode pembelajaran yang lebih baik ialah mempergunakan kegiatan murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Hal tersebut senada dengan ucapan Confusius dalam Mel Siberman[21] Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang saya lihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya faham Pola pengembangan pembelajaran yang disebutkan di atas, dapat dituangkan ke dalam metode pembelajaran yang digunakan sewaktu mengajar. Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut Metode Pembelajaran Terbimbing Dalam teknik ini, guru menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk membuka pengetahuan mata pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau kesimpulan mereka dan kemudian memilahnya kedalam kategori- kategori. Metode pembelajaran terbimbing merupakan perubahan dari ceramah secara langsung dan memungkinkan santri mempelajari apa yang telah diketahui dan dipahami sebelum membuat poin-poin pengajaran. Metode ini sangat berguna ketika mengajarkan konsep-konsep abstrak.[22] Metode Mengajar Teman Sebaya Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta didik mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi yang lain.[23] Adapun langkah-langkah metode mengajar teman sebaya ini, adalah - Memulai dengan memberikan kisi-kisi atau bahan pelajaran kepada santri - Menyuruh santri untuk mempelajarinya atau mendiskusikannya sejenak - Menunjuk perwakilan dari santri untuk maju ke depan - Menyuruh perwakilan santri tersebut untuk mengajarkan menerangkan materi yang telah didiskusikan atau dipelajari. Dalam keadaan aslinya pondok pesantren memiliki sistem pendidikan dan pengajaran non klasikal, yang dikenal dengan nama bandungan, sorogan, dan wetonan. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran ini berbeda antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya, dalam arti tidak ada keseragaman sistem dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajarannya. Secara umum metode pembelajaran yang diterapkan pondok pesantren mencakup dua aspek, yaitu metode yang bersifat tradisional salaf dan metode pembelajaran modern tajdid. Namun secara rinci dapat disebutkan beberapa model pembelajaran pesantren yaitu model sorogan, wetonan bandongan, musyawarah bahtsul masaâil, pengajian pasaran, muhafadzah hapalan, demonstrasi, muhawarah, dan mudzakarah. Perlu adanya pengembangan model pembelajara di pesantren yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih baik yakni mempergunakan kegiatan murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Pola pengembangan pembelajaran yang dimaksud adalah metode pembelajaran terbimbing dan metode mengajar teman sebaya. Agama RI, Departemen. Pola Pembelajaran Di Pesantren . Jakarta Departemen Agama RI, 2001. Ali, A. Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta Rajawali Press, 1987. Arifin, Imron . Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Malang Kalimasyahada Press, 1993. Depag RI. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah; Pertumbuhan dan Perkembangannya. Jakarta Depag RI, 2003. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta LP3S, 1985. Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/ Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren. Profil Pondok Pesantren Muaddalah. Depag RI, 2004. Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta Raja Grafindo Persada, 1995. Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta Paramadina, 1997. Munawaroh, Djunaidatul. âPembelajaran Kitab Kuning di Pesantrenâ, dalam Abuddin Nata ed. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia Bekerja Sama dengan IAIN Jakarta, 2001. Rahardjo, M. Dawam ed. Pergulatan Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Jakarta Perhimpunan Pengembangan Pesantren, 1985. Siberman, Mel. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Terj. H. Sardjuli dkk. Yogyakarta Yappendis, 1996. SM, Ismail. âPengembangan Pesantren Tradisionalâ, dalam Ismail SM Ed.. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yoyakarta Pustaka Pelajar, 2002. Suyoto. âPesantren dalam Alam Pendidikan Nasionalâ, dalam M. Dawam Rahardjo Ed.. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta LP3ES, 1988. Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya. Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Zarkasyi, Abdullah Syukri. âPondok Pesantren Sebagai Alternarif Kelembagaan Pendidikan untuk Program Pengembangan Studi Islam di Asia Tenggaraâ, dalam Zainuddin Fananie dan M. Thoyibi. Studi Islam Asia Tenggara. Surakarta Muhammadiyah University Press, 1999.
jelaskan sistem pembelajaran yang dilaksanakan di pesantren